Ponpesgasek.id-Sejak dilahirkan di muka bumi ini kita sudah diberikan kemerdekaan oleh Tuhan Yang Mahakuasa. Kita bebas berteriak menangis sekencang-kencangnya. Sementara, orang-orang sekitar menghargai – bahkan tersenyum bahagia – mendengar tangisan kita.
Waktu terus berlalu, kita tumbuh berkembang menjadi manusia yang tahan banting. Berlatih berjalan hingga berlari melalui jatuh bangun entah berapa kali. Yang jelas, kita bebas untuk mengekspresikan diri menuruti kata hati.
Hingga akhirnya, entah kapan kita mulai dijajah oleh bukan keinginan hati. Kita tidak lagi bebas karena pengaruh orang-orang sekitar dan hasrat sesaat. Jiwa terpenjara, akal terpasung, dan hati tak lagi menjadi merdeka untuk memimpin kumpulan daging dan tulang ini (tubuh).
Baca juga => Muara Kebaikan Persembahan Untuk Negeri
Apa yang dilakukan bukan lagi berdasarkan kebebasan pilihan hati. Pandangan orang lain tak lagi sejernih saat kita dilahirkan. Semuanya menilai dengan kaca mata hitam putih (baik atau benar) menurut ukurannya sendiri. Hasilnya dunia tidak lagi berwarna. Padahal warna-warni telah Tuhan ciptakan agar alam ini semakin indah.
Imperialisme dan kolonialisme berlanjut serta diperparah, karena kita tidak lagi bebas melakukan sesuai kehendak hati. Melainkan, nafsu yang menguasa diri untuk menguasai dunia.
Imperialisme dan kolonialisme dewasa ini bukan lagi soal penjajahan dari luar. Melainkan, nafsu yang mengarah kepada keburukan dan kejahatan. Sehingga, faktor pendorong imperialisme dan kolonisme tentang 3G (Gold, Glory, Gospel) relevansinya dimaknai dengan hasrat diri untuk mendapatkan kekayaan, kekuasan, dan memaksakan pendapat pribadi.
Harus ada upaya diri untuk bebas dari belenggu penjajahan imperialisme dan kolonialisme diri yang dikomandoi oleh nafsu. Kejernihan pikiran dan hati perlu dilatih. Hiduplah merdeka. Bebaskan diri dari belenggu hasrat yang tercela.
Baca juga => Antara Santri, Budi Pekerti, dan Pandemi
Lihatlah betapa indahnya burung elang terbang bebas di angkasa. Jiwa sebagai sesuatu yang intrinsik tidak boleh dipenjara oleh tubuh dan nafsu. Merdekalah diriku, kepakkan sayap kebebasan menuju kebenaran hakiki Allah Yang Menguasai alam semesta.
Untuk negeriku tercinta, Indonesia. Kita memang anak bangsa yang tidak mengalami perihnya melawan penjajahan untuk meraih kemerdekaan. Namun, yakinlah kecintaan padamu sudah terpatri di dalam hati.
Pewarta: Abdush Shobur
More Stories
14 Februari, Mengenang Lahirnya Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari
Keutamaan Menuntut Ilmu Menurut Islam
Barokah