Ponpesgasek.id—K.H. Marzuqi Mustamar, penampilan beliau sederhana dan apa adanya. Beliau tidak pernah neko-neko. Karena begitu sederhananya, kadang orang tidak mengira bahwa beliau adalah seorang kiai. Di balik kesederhanaan beliau tersimpan lautan ilmu yang begitu luas. Kiprah beliau di masyarakat sudah tidak diragukan lagi. Gaya bicara beliau yang tegas dan lugas yang menjadi salah satu ciri khas beliau.
Rajin Ngaji Sejak Kecil
Kiai Marzuqi lahir di kota Blitar, 55 tahun yang lalu, tepatnya pada 22 September 1966. Sungguh beruntung Kiai Marzuqi karena dilahirkan dalam keluarga yang taat beribadah sekaligus mengerti agama. Ya, abahnya adalah seorang kiai. Alhasil, sejak kecil Kiai Marzuqi dibesarkan dan di didik oleh kedua orang tua beliau dengan disiplin ilmu yang tinggi. Di bawah pengawasan orang tua beliau inilah putra dari Kiai Mustamar dan Nyai Siti Zainab ini mulai belajar Al-Qur’an dan dasar-dasar ilmu agama.
Selain dididik disiplin ilmu yang tinggi, ternyata beliau waktu kecil sudah dididik tentang kemandirian agar memiliki etos kerja yang tinggi dengan cara memelihara kambing dan ayam petelur milik Bu Lik Umi Kultsum. Dengan memelihara kambing dan ayam petelur, inilah beliau mendapat pelajaran bagaimana membimbing umat islam, dan bagaimana menjadi pemimpin.
Saat duduk di kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah sampai sebelum belajar di Malang, anak kedua dari delapan bersaudara ini mulai belajar ilmu nahwu, shorof, tasawuf dan ilmu fikih kepada Kiai Ridwan dan Kiai-Kiai lain di Blitar. Sejak SMP, beliau diminta mengajar Al-Qur’an dan kitab-kitab kecil lainnya kepada anak-anak dan tetangga beliau. Pada usia yang masih beliau tersebut, beliau sudah mengkhatamkan dan faham kitab Mutammimah pada saat beliau kelas 3 SMP.
Menguasai Nahwu Sejak Usia Belia
Selepas dari SMP Hasanuddin, beliau melanjutkan ke Madrasah Aliyah Negeri Tlogo Blitar. Kiai Marzuqi muda merupakan pemuda yang beruntung sebab di usia beliau yang masih belia itu, beliau sudah mendalami ilmu agama ke beberapa orang kyai di Blitar. Di antaranya, beliau mendalami ilmu balaghoh dan ilmu mantek kepada Kiai Hamzah. Mendalami ilmu fikih kepada Kiai Abdul Mudjib dan ngaji Ilmu Hadits kapada Kiai Hasbullah Ridwan.
Ketika beliau duduk di bangku Aliyah, beliau sudah khatam kitab Hadits Muslim dan kitab-kitab kecil lainnnya. Sebelum beliau belajar di Malang, selama di Blitar yang mengajar beliau adalah Orang tua beliau, Kiai Hasbullah Ridwan yang masih eyang beliau, Kiai Hamzah dan Kiai Mujib adalah guru beliau di MAN Tlogo Blitar.
Pengakuan Datang Kepada yang Benar-Benar Mampu dan Ahli
Setamat dari MAN Tlogo pada tahun 1985, kiai kelahiran 22 September 1966 ini melanjutkan jenjang pendidikan formalnya di IAIN (sekarang UIN Maulana Malik Ibrahim) Malang, yang waktu itu masih merupakan cabang IAIN Sunan Ampel Surabaya. Untuk menambah ilmu agama yang sudah beliau dapat, Kiai yang juga Ketua Tanfidziah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur ini nyantri kepada Kiai Masduqi Machfudz di Pondok Pesantren Nurul Huda Mergosono. Mengetahui kecerdasan dan keilmuan Kiai Marzuki yang di atas rata-rata santrinya yang lain, akhirnya Kiai Masduqi memberi amanah kepada Kiai Marzuqi untuk membantu mengajar di pesantrennya, meskipun saat itu Kiai Marzuqi masih berusia 19 tahun. “Saat itu saya diminta untuk mengajar kitab Fathul Qorib bab buyuu’ (jual-beli),” Kenang kiai yang juga Dosen Fakultas Humaniora UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ini.
Selain itu, Kiai Marzuqi juga beruntung, karena beliau seringkali diminta untuk mendampingi dakwah Kiai Masduqi saat mengisi pengajian maupun dalam rapat-rapat organisasi kemasyarakatan. Dari sinilah Kiai marzuqi mulai mengetahui betapa beratnya tugas seorang ulama dalam mengayomi umat. Dari gurunya yang juga pernah menjabat sebagai Rois Syuriah NU Wilayah Jawa Timur itu, Kiai Marzuqi belajar akan keistikamahan menjadi seorang guru. “Kiai Masduqi Machfudz itu meskipun pulang malam hari dari mengisi pengajian, beliau selalu membangunkan para santrinya untuk mengaji,” ungkap Kiai Marzuqi.
Keberkahan Ilmu Tidak Lepas dari Sifat Amanah
Salah satu kelebihan beliau, saat masih duduk di bangku kuliah, Kiai Marzuqi sudah biasa memberikan kursus nahwu kepada mahasiswa juniornya. Namun, ternyata, banyak juga mahasiswa yang tidak hanya belajar nahwu, namun juga mengaji kitab kepadanya. Dengan demikian, keilmuan beliau semakin terasah. Kemudian pada tahun 1987 Kiai berputra tujuh ini mendapatkan kesempatan belajar di Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta. Setelah menempuh dua tahun masa studinya di sana, Kiai Marzuqi kembali ke Malang untuk membantu mengajar di pesantren Nurul Huda, Mergosono dan melanjutkan kuliah S-1.
Pada tahun 1994, Kiai Marzuqi memulai hidup baru. Beliau mempersunting salah seorang santriwati Pondok Nurul Huda yang bernama Saidah. Sang istri merupakan putri Kiai Ahmad Nur yang berasal dari Lamongan. Kiai Marzuqi sangat bersyukur sekali sebab gadis yang menjadi pendamping hidup beliau adalah seorang hafidzoh (hafal Al-Qur’an).
Selang satu bulan setelah menikah, Kiai Marzuqi bersama istri mencoba mengadu nasib dan hidup mandiri. Saat itu Kyai Marzuqi memilih daerah Gasek, Kecamatan Sukun sebagai tempat jujugan beliau. Pada mulanya, beliau mencari rumah kontrakan yang dekat dengan masjid. Dan akhirnya, beliau mengontrak rumah salah seorang warga yang bernama pak Har. Setelah segala sesuatunya dianggap cukup, Kiai Marzuqi akhirnya menempati tempat yang baru. Pada saat beliau boyongan, tak lupa santri-santri Pondok Nurul Huda ikut mengantarkan Kiai Marzuqi boyongan ke tempat barunya dan membantu usung-usung barang-barang dan kitab-kitab guru mereka.
Tanpa diduga sebelumnya, pada hari pertama beliau menempati rumah itu, ternyata sudah banyak santri yang datang mengaji kepada beliau. Di rumah yang sederhana itulah Kiai Marzuqi mengajar para santri beliau. Mereka yang waktu itu belajar merupakan cikal bakal santri dan pesantren beliau yang kini menjadi benteng utama umat di wilayah Gasek. Karena santrinya semakin bertambah banyak maka rumah beliau tidak memadai sebagai tempat belajar mereka. Namun, alhamdulillah, Allah Swt. memberikan jalan. Waktu itu di daerah Gasek sudah ada Yayasan Sabilurrosyad yang sudah memiliki lahan luas. Namun, setelah beberapa tahun didirikan Yayasan ini belum bisa berkiprah secara optimal. Akhirnya Kiai Marzuqi bekerja sama dengan Yayasan Sabilurrosyad mendirikkan sebuah pesantren dengan Nama Sabilurrosyad.
Selain sibuk membimbing para santri, kiai yang pernah menjabat sebagai Ketua Jurusan Bahasa Arab Universitas Islam Malang ini juga disibukkan dengan urusan umat. Tiada hari tanpa memberikan pengajian atau mauidzhoh kepada umat. Mulai mengisi pengajian dari masjid ke masjid, blusukan keliling kampung dan lain sebagainya. Saat ini, Kiai Marzuqi juga aktif di berbagai organisasi kegamaan di antaranya sebagai Ketua Tanfidziah PWNU Jawa Timur. Kedalaman ilmunya sangat dirasakan oleh umat. Sebagai contoh beliau menyusun sebuah kitab, tentang dasar-dasar atau dalil-dali amaliah yang dilakukan oleh warga nahdhiyyin. Melalui kitab ini, Kiai Marzuqi ingin membuka mata umat bahwa amalan mereka ada dasar hukumnya, sekaligus menjawab tuduhan-tuduhan orang-orang yang tidak setuju dengan sebagian amaliah warga Nahdhiyyin. Saking hebat dan lugasnya beliau menerangkan itu semua, sampai-sampai Kiai Baidhowi, Ketua MUI Kota Malang memberi julukan “Hujjatu NU”. “Kalau Imam al-Ghozali dikenal sebagai Hujjatul Islam, maka Kai Marzuqi ini Hujjatu NU” Demikian pernyataan Kiai Baidhowi dalam beberapa kesempatan.
Meski kegiatan beliau sangat padat, namun beliau tetap berusaha untuk menjadi orangtua yang baik. Beliau begitu dekat dan akrab dengan anak-anak beliau. Dari hasil pernikahan dengan Bu Nyai Saidah, Kiai marzuqi dikaruniai tujuh orang putra. Dua laki-laki dan lima perempuan. Kecerdasan Kiai Marzuqi sepertinya menurun kepada putra-putrinya, terbukti dengan nilai mereka yang seringkali mendapat nilai sempurna termasuk pelajaran eksakta. Bahkan putra-putri beliau seringkali mendapatkan prestasi di berbagai perlombaan dan olimpiade, tidak hanya di tingkat nasional, melainkan hingga internasional.
Ringkasan Pendidikan:
- TK Muslimat Karangsono Kanigoro, Blitar, lulus tahun 1972
- MI Miftahul ‘Ulum Kanigoro, Blitar, lulus tahun 1979
- SMP Hasanuddin, Blitar, lulus tahun 1982
- Madrasah Aliyah Negri Tlogo, Blitar tahun 1985
- PP. Nurul Huda Mergosono, Malang, tahun 1985-1990
- Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab, Jakarta, tahun 1988
- S-1 IAIN Malang, Bahasa dan Sastra Arab, lulus tahun 1990
- S-2 Universitas Islam Lamongan, lulus tahun 2004
- S-3 Universitas Islam Malang, Pendidikan Agama Islam Multikultural, lulus tahun 2023
Penghargaan:
- Peraih Man Of The Year Jatim 2020 Dari Anugerah TIMES Indonesia
- Duta International Perdamaian dari Founder Vision Of Peace Awards Indonesia (VPAI), Demien Dematra, Tahun 2020
- Satyalencana Karyasatya 20 Tahun Pengabdian Sebagai PNS dari Pemerintah, Tahun 2023
Istri: Nyai Hj. Drs. Saidah Mustaghfiroh
Anak:
- Habib Nur Ahmad
- Diana Nabela
- Millah Shofiah
- M. Izzal Maula
- Izza Nadila
- Rossa Rahmania
- Dina Roisa Kamila
Menantu :
- Nurul Ilmi Badrud Dhujjah
- Angga Adi Muryono
- Shofhatul Maulidiyah Hasanah
Cucu :
- Raina Noor Abidah
- Rif’ah el Nuroina
Karir dan Jabatan:
- Pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad Gasek (1997—Sekarang)
- Ketua Tanfidziah PCNU Kota Malang (2008-2013 dan 2013-2018)
- Wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Timur (2013 – 2018)
- Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Timur (2018 – 2023)
- Anggota Komisi Fatwa MUI Kota Malang
- Dosen Jurusan Bahasa Dan Sastra Arab Fakultas Humaniora UIN Maulana Malik Ibrahim Malang (2003 – sekarang)
- Imam Dan Khatib, Pemateri Pengajian Masjid Agung Jami’ Kota Malang—Sekarang
- Imam Dan Khatib, Pemateri Pengajian Masjid Sabilillah Kota Malang—Sekarang
- Dewan Pembina Forum Komunikasi Umat Beragama Kota Malang (FKUB)
- Dewan Pembina Yayasan Sabilillah Malang
Karya:
- Al-Muqtatofat Li Ahli Bidayah
- Syarah Hadis-Hadis Pilihan Menggali Kemuliaan Darai Kitab Muhtarul Hadis
- Solusi Hukum Islam Bersama K. H Marzuqi Mustamar
- Mutiara Hadits Pilihan
- Khutbah Jum’at 7 Menit: Tuntunan Dan Kumpulan Khutbah Berdasarkan Ahlussunnah Wa Al-Jamaah
- Khutbah Jum’at 7 Menit Edisi Revisi
- Dalil-Dalil Praktis amaliah Nahdliyah: Ayat Dan Hadispilihan Seputar Amaliah Warga Nu
- Untaian Permata Dalil-Dalil Amaliah Ahlussunnah Wa Al-Jama’ah
- Terjemah Mukhtashar Al-Muqtathofat: Ringkasan Hujjah Amaliahahlussunnah Wa Al-Jamaah
- Kitab Terpopuler Amaliah Ahlussunnah Wa-Al-Jamaah
- Komitmen Nasionalisme Ulama Ahlusunnah Wal Jamaah
Sumber: Wawancara kepada Ust. Chamim Chabibi
Penulis : Ikbar Zakariya, Cheppy Eka Juniar
Editor : Febi Akbar Rizki