Ibu Nyai Hj Sa’idah Mustagfiroh: Sosok Pengawal Inovasi Digitalisasi Dakwah Sang Kiai
“Di balik laki-laki sukses, ada perempuan kuat yang mendampinginya,” kata para bijak bestari. Mungkin itulah pepatah yang menggambarkan Ibu Nyai Hj Sa’idah Mustagfiroh yang selalu mendampingi, menjadi tempat keluh kesah, hingga menyokong setiap langkah perjuangan KH. Marzuki Mustamar. Ibu Nyai Sa’idah Mustagfiroh merupakan sosok yang sabar, dermawan, dan bisa disebut sosok “wonderwoman” di dunia nyata. Kiai Marzuki bersama beliau mendirikan Pondok Pesantren yang dinamai Pondok Pesantren Sabilurrosyad. Keberhasilan Kiai Marzuki merintis pesantren yang awalnya hanya sebuah kontrakan hingga kini menjadi pesantren yang cukup populer di Kota Malang, dan berjuang di NU dari tingkat ranting hingga menjadi ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Timur juga tak bisa dilepaskan dari kiprah istrinya, yakni Ibu Nyai Sa’idah Mustaghfiroh. Sosok Bu Nyai ini seperti Siti Khadijah yang mendukung dakwah Nabi Muhammad SAW. Kesuksesan Nabi berdakwah di masa awal nubuwah, tak terlepas dari istrinya. Siti Khadijah tak hanya merelakan waktu kebersamaan dengan suaminya yang berkurang, tapi juga menghibahkan semua hartanya untuk dipergunakan di jalan dakwah.
Latar Belakang Keluarga & Kehidupan Masa Kecil
Ibu Nyai Sa’idah Mustaghfiroh atau yang akrab dipanggil Umik oleh para santri lahir pada 06 November tahun 1969. Latar belakang keluarganya, berasal dari kalangan pesantren yang sederhana. Beliau adalah putri dari Kiai Ahmad Nur. Ayahnya merupakan tokoh masyarakat di kotanya, dan ibunya adalah seorang pengajar sekaligus ketua Muslimat NU. Ibu Nyai Sa’idah Mustaghfiroh mencontoh kegigihan dan ketangguhan ayahnya sejak kecil, beliau sudah terbiasa menghadapi berbagai tanggung jawab lantaran beliau adalah anak perempuan satu-satunya di keluarga. Beliau menghadapi segalanya dengan lapang dan tidak mudah mengeluh. Bahkan, semasa kecil, di saat anak-anak seusianya mengisi hari dengan bermain, beliau rela mengemban berbagai aktivitas pendidikan di pesantren.
Perjalanan Pendidikan
Setelah lulus MI beliau melanjutkan MTs dan MA disertai mondok di Ihyaul Ulum, tepatnya di Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik. Saat mengenyam pendidikan agama dan ta’dzimnya terhadap keluarga ndalem sempat terbesit dalam angan semasa kecilnya untuk menjadi sosok seperti Bu Nyai dengan melihat dan meneladani sikap Ibu Nyainya. Kegigihan dan tekad beliau untuk menuntut ilmu begitu kuat. Beliau bahkan pernah berjalan kaki lalu menaiki angkot bersama Pakde Bisri saat akan berangkat mondok. Dalam perjalanan pendidikannya, Umik juga sempat menjadi ketua IPPNU saat MA kelas 2 selama satu periode. Pada saat itu beliau merupakan ketua termuda dibandingkan dengan ketua yang lain. Tidak kalah penting, meskipun menjadi bagian termuda, beliau merupakan sosok yang inovatif dalam memimpin anggotanya. Setelah lulus MA, Beliau melanjutkan kuliah tarbiyah di IAIN Malang yang sekarang menjadi UIN Malang. Beliau tinggal di kos selama setahun karena sulitnya mencari pondok putri. Walaupun tinggal di kos, beliau rutin mengikuti ngaji kitab yang diagendakan oleh PMII IAIN Malang. Seiring berjalannya waktu, Pondok Nurul Huda Mergosono asuhan KH Masduqi Mahfudz, pondok yang populer menjadi pilihan mahasiswa IAIN Malang pada saat itu mulai membuka pondok putri. Tanpa berlama-lama lagi akhirnya beliau memutuskan untuk mendaftar. Disinilah awal pertemuan beliau dengan Abah KH. Marzuqi Mustamar. Abah Marzuqi sendiri merupakan santri yang menjadi kebanggaan Kiai Masduqi Mahfudz. Oleh sebab itulah, Abah Marzukqi sering menjadi badal KH Masduqi dalam mengajar santrinya.
Kiprah & Kisahnya di Pesantren
Ibu Nyai Sa’idah Mustaghfiroh juga dikenal akan keikhlasannya dalam berjuang bersama suaminya merintis pesantren. Beliau rela hidup sederhana dan tak menuntut perihal materi yang berlebih. Beliau ikhlas suaminya membagi waktu, tenaga, pikiran dan penghasilannya untuk ditasarufkan di jalan agama. Di awal pernikahannya, Ibu Nyai Sa’idah Mustaghfiroh berserta suaminya, KH Marzuqi Mustamar sempat ngontrak. Beberapa bulan kemudian, ada santri yang ikut ngaji. Awal dulu kurang dari 10 baik santri putra maupun santri putri. Sehingga beliau menyewa 2 kontrakan 1 untuk keluarga beserta santri putri, kontrakan satunya lagi diperuntukkan santri putra. Berkat keistikamahan dalam mengasuh pondok, jumlah santri yang dulunya dapat dihitung dengan jari, kini telah mencapai ribuan dan terdapat beberapa cabang pondok pesantren di Jawa Timur.
Merawat Tradisi Nahdlatul Ulama
Di mata para santri dan orang-orang terdekatnya, Ibu Nyai Sa’idah Mustaghfiroh merupakan sosok teladan yang patut di contoh. Beliau terlibat langsung dalam pelaksanaan kegiatan pondok guna merawat tradisi Nahdlatul Ulama, seperti dibaan, manaqib, burdah, dll. Beliau begitu perhatian dalam mengawasi pelaksanaan semuanya, bahkan hingga hal kecil seperti menu masakan yang disajikan kepada para santri dan jamaah.
Mengawal Inovasi Digitalisasi
Tidak hanya merawat tradisi, Ibu Nyai Sa’idah Mustaghfiroh melakukan gebrakan besar dalam mengawal inovasi pesantren. Inovasi itu berupa pendirian media pondok. Adanya media pondok ini bertujuan untuk memfasilitasi santri yang memiliki minat di bidang multimedia, sebagai wadah santri dalam menyiarkan agama lewat media, menyebar kebaikan dan mempopulerkan pondok lewat media.
Contoh media pondok yang sudah terbentuk adalah Gasek Multimedia (Gasmul). Saat perintis Gasmul sowan ke ndalem, respon pihak ndalem sangat support terhadap niat ini. Bahkan, Ibu Nyai Sa’idah Mustaghfiroh memberi pesan berupa sebuah analogi mempelajari “kotoran” dalam bidang ilmu biologi yang mana kalau kotoran itu jika dipelajari secara serius akhirnya pasti bisa bercabang ke berbagai hal lain dan menemukan suatu manfaat baru. Ahmad Tajuddin Zahro’u, selaku perintis Gasmul menangkap pesan itu yang artinya ndalem merestui usaha yang akan dijalani tersebut selama diniati dengan serius. Bermula dari membuka usaha print-print-an, berlanjut membuat akun dakwah Kiai Marzuqi Mustamar, hingga membuat postingan-postingan lain tentang kepesantrenan.
Kehadiran Ibu Nyai Sa’idah Mustaghfiroh dalam pembentukan dan pengembangan media Pondok Sabilurrosyad, yakni Gasek Multmedia (Gasmul) sangat terasa sekali dukungannya. Dalam perjalanan Gasmul mengelola akun pondok media sosial pengajian KH Marzuqi Mustamar, Ibu Nyai Sa’idah Mustaghfiroh adalah pihak ndalem yang paling sering menanyakan progres kemajuanya, bahkan ketika butuh dana pun beliau akan mencarikannya.
Perhatian Umik terhadap Gasmul bukan hanya sebatas pada hal-hal besar. Bahkan sampai ke hal terkecil yaitu memperhatikan streaming harian, jika tidak streaming sering bertanya “kok nggak live?”, pertanyaan itu beliau ajukan ke Direktur Gasek Multimedia. Dalam hal lain, Umik juga seringkali memberi saran perbaikan terhadap caption dan postingan akun pondok atau akun pengajian Kiai Marzuqi Mustamar jika dianggapnya kurang cocok. Sebegitu perhatiannya beliau dalam urusan ini karena menyangkut nama baik pondok.
Ibu Nyai Sa’idah Mustaghfiroh mencetuskan inovasi pondok pesantren dengan karakter yang santai, tetapi tetap mengaji dengan tekun. Mungkin orang lain akan menilai Pondok Pesantren Sabilurrosyad sebagai pondok yang santai, tetapi terbukti hal ini justru mendorong para santri mencapai balance (keseimbangan) duniawi dan ukhrawi. Mendalami ilmu agama berjalan dengan baik, kuliah dan sekolah juga tercapai dengan maksimal.
Kiprahnya di Masyarakat
Tidak hanya kepada para santri, Ibu Nyai Sa’idah Mustaghfiroh dikenal pula memiliki sikap yang baik kepada masyarakat. Beliau dikenal begitu dermawan kepada tetangga sekitarnya. Ketika ada acara besar di pesantren, beliau juga turut mengundang tetangga untuk ikut berpartisipasi dalam acara pondok dan menyempatkan mengirim bantuan kepada warga dan tetangga yang berduka. Beliau juga merupakan sosok yang tidak pernah membedakan antara kelompok bawah, menengah, dan kelompok atas sekalipun. Sesibuk apapun jam terbangnya ia selalu menyempatkan waktu, moril dan materilnya dalam berkontribusi di tengah masyarakat.
Keistiqomahan dalam Beribadah
Selain kiprah sosialnya yang demikian heroik tersebut, Umik juga dikenal tekun beribadah. Tak hanya ibadah wajib, ibadah sunnah pun beliau lakukan secara maksimal. Baik puasa sunnah, sholat malam, maupun pembacaan wirid-wirid tertentu.
Peran Besar Ibu Nyai Saidah Mustaghfiroh dalam Perjuangan Kiai Marzuqi Mustamar
Berkat ketekunan dan keikhlasan Ibu Nyai Sa’idah Mustaghfiroh, KH Marzuqi Mustamar dapat mengurus Pesantren Sabilurrosyad dengan nyaman, setidaknya dengan urusan keluarga. Sekuat apapun seorang lelaki yang melakukan perjuangan, tanpa dukungan dari sang istri, maka akan sulit untuk tercapai dan membuahkan hasil yang memuaskan. KH Marzuqi Mustamar telah menorehkan hasil perjuangan yang luar biasa atas dukungan dari Ibu Nyai Sa’idah Mustaghfiroh.
Kesuksesan Ibu Nyai Sa’idah Mustaghfiroh dalam Membangun Biduk Rumah tangga
Kehebatan Ibu Nyai Sa’idah Mustaghfiroh sendiri tidak hanya terlihat dari bagaimana pesantren yang beliau rintis bersama suaminya itu semakin besar dan memberikan kemaslahatan yang besar bagi masyarakat. Tapi, juga bisa diukur dari bagaimana ia membangun biduk rumah tangga. Beliau sukses melahirkan dan membesarkan anak-anaknya hingga menjadi sosok yang hebat.
Perjuangan Ibu Nyai Sa’idah Mustaghfiroh tersebut memang terkadang tak banyak yang memandang sebagai sebuah perbuatan yang heroik. Banyak pihak yang hanya mengetahui kesuksesan sosok KH Marzuqi Mustamar. Mereka tidak menyadari, ada orang-orang hebat di balik kehebatan KH Marzuqi Mustamar maupun kebesaran Pesantren Sabilurrosyad. Ibu Nyai Sa’idah Mustaghfiroh adalah salah satu sosok yang menaruh saham besar dalam kehebatan dan kebesaran itu.
Tim Penulis : Ayu Dayang Lestari, Albila Nurfadilah, Alfa’uzun Nisak, Dina Surya Mega, dan Nuzulul Khoiriyah
*Tulisan ini termasuk dalam 3 besar “Biografi Ibu Nyai Terbaik” pada lomba Festival Media Pondok Jawa Timur 2022 di PP. Amanatul Ummah Pacet Mojokerto yang diikuti oleh ratusan pondok pesantren se-Jawa Timur.