Website Resmi Ponpes Sabilurrosyad Gasek Malang

Khidmah Konten dari Pesantren

8 Pesan Abah Marzuqi Kepada Para Santri Wisudawan

Foto. Gasek Multimedia

Malang, Ponpesgasek.id — Abah KH Marzuqi Mustamar memberikan beberapa pesan kepada para santri yang diwisuda pada acara tasyakuran wisuda. Hal ini beliau sampaikan guna menjadi pegangan untuk para santri kelak saat terjun bermasyarakat.

     1. Harus tetap iman kepada Allah

“Para santri, pertama tetep gandolan ten gusti Allah, nggeh. Sing mantep karo gusti Allah ojo mamang, yakin temenan, ojo mamang sak rambut ae ojo mamang,” kata Abah kepada para santri di Masjid Nur Ahmad, Ahad (02/04/2023)

Ini artinya, lanjut Abah, Allah-lah yang menentukan baik nyawa, hidup, rizki, nasib, amal, ilmu, kerja, maupun jodoh.

“Kabeh sing nentukne Pengeran. Kerono kabeh teko Pengeran maka gandolane, jaluke, yakine namung ning Pengeran,” jelas Abah Marzuqi.

      2. Berbuat baik kepada orang tua

“Nyatane senajan kabeh kuwi teko Pengeran, ning gabisa dipungkiri sababiyahe kito lewat wong tua,” ungkap Abah.

Abah mengingatkan kepada para santri, wajib hukumnya berbuat baik kepada orang tua sehingga mendapat ridhonya.

“Kalaupun ini semua diberikan Allah kepada kita, itu lantara biyen wong tuo ridho,” lanjut Abah.

“Wes istirdho, nggolek ridhone wong tuo Insyaa Allah sakteruse uripmu mulyo,” tambah Abah.

     3. Tidak lupa kepada para guru

Menurut Abah, para santri sampai berada di titik ini karena jasa dari para guru mulai dari guru TPQ, TK, MI, langgar, dan diniyah.

“Sing nggarakne barokah ojo lali Pengeran, ojo lali wong tuo, asbabun nuzul, ojo lali guru sabab samean nduwe ilmu,” ungkap Abah.

     4. Tidak boleh mempunyai sikap kontroversial agar bisa diterima masyarakat

“Jangan sampai punya sikap kontrovesial, opo sing gak disenengi masyarakat ojo mok lakoni.

Tahlil melok, yasinan melok masyarakat seneng, kadang adzan, sesekali kon ngimami nggeh sanggup,” kata Abah.

Namun Abah juga memberikan nasihat kepada santri untuk tidak menjadi sosok yang ingin berada di depan ataupun ingin mendapatkan jabatan.

“Tapi ojo nonyol-nonyol ben diwehi jabatan iku gak apik, biasa ae. Tapi moro-moro kon ngimami siap, moro-moro kon khutbah yo siap. Ngunu iku masyarakat seneng,” tegas Abah.

Lebih baiknya, menurut abah, santri harus senantiasa tawadhu dalam setiap kondisi serta amanah dalam mengerjakan setiap tugas yang diberikan.

     5. Memiliki keahlian atau skill

Abah menilai, orang dahulu untuk bisa sukses itu tidak harus pintar, karena mendapat warisan banyak. Jauh berbeda dengan zaman sekarang.

“Kita hidup di zaman warisane tinggal sak ilat, sak encepe omah kuwi, gak bisa mengandalkan warisan, ga bisa mengandalkan sawah pekarangan. Terus opo? yo skill,” Menurut Abah, santri harus memiliki skill yang totalitas, expert, tidak setengah-setengah, sekaligus harus istiqomah.

“Punya skill yang lebih dari yang lain plus sing istiqomah dalam hal apapun,” terangnya.

“Gusti Allah iku seneng lek ono kawulane punya profesi, pekerjaan, dia melakukannya dengan penuh itqon. Itqon itu dua, yo profesional punya keahlian tinggi expert plus istiqomah,” paparnya.

     6. Jangan sampai memiliki cacat moral

Abah menjelaskan bahwa salah satu modal dipercaya orang lain adalah tidak cacat moral. Misalnya mencuri, berbohong, menghindar dari keharusan membayar hutang, dan khianat.

“Ojo khianat, seberat apapun untuk tepati janji, tepati janji. Lek gaiso karena udzur ndang pamit, ndang klarifikasi, ndang tabayyun. Mumpung belum terjadi kesalahpahaman,” terangnya.

     7. Musyarakah atau bekerja sama

Abah menekankan agar para santri senang untuk bekerja sama dalam kebaikan, utamanya dengan masyarakat tempat tinggalnya.

“Itu disamping saling memberi informasi, saling mendukung, saling mendoakan,”

     8. Mengamalkan wiridan

Beliau berharap kepada santri untuk membaca wirid ketika waktu luang.

“Lek kober wirid yang biasa kita baca itu diterusno ning omah,” himbau Abah.

“Harapan kami kalau baca itu wes moco sekian persen apa yang diwiridkan kanjeng Nabi plus beberapa yang diwiridkan para ulama juga ada di situ, ngerangkum gituloh. Lek iso mok woco mugo-mugo barokah,” tutup Abah.

Editor. Cheppy Eka Juniar