Website Resmi Ponpes Sabilurrosyad Gasek Malang

Khidmah Konten dari Pesantren

Budaya Talaman di Ponpes Gasek: Pembangun Nilai-Nilai Kebersamaan Bagi Para Santri

Foto. Gasek Multimedia

Pondok pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan keislaman yang memiliki banyak budaya dan tradisi unik. Setiap pondok pesantren memiliki tradisi yang berbeda-beda. Ada begitu banyak tradisi yang menjadi ciri khas dari sebuah pondok pesantren, seperti tradisi makan bersama. Begitu pula di Pondok Pesantren Sabilurrosyad Gasek atau lebih terkenal dengan sebutan Ponpes Gasek yang selalu berupaya melestarikan budaya kesantrian yaitu makan bersama atau talaman. Terdapat slogan tersendiri yang berbunyi “Ora ono paseduluran tanpo talaman” yang artinya tidak ada persaudaraan tanpa talaman. Maksud dari slogan tersebut adalah ketika di Ponpes Gasek mengadakan sebuah acara maka talaman akan tersedia untuk dinikmati oleh para santri.

Talaman merupakan sebuah kegiatan makan bersama dengan menggunakan tempat makan berukuran besar. Di Ponpes Gasek, talaman menggunakan wadah yaitu baki berbentuk lingkaran lebar. Kemudian, para santri akan berkumpul membentuk lingkaran berjumlah 4-5 orang atau lebih untuk makan bersama di talaman. Kegiatan makan talaman dilestarikan dengan cara selalu menghadirkan talaman di acara-acara pondok seperti seperti rutinan maulid diba’, burdahan, rutinan jumat pagi dan lainnya. Hal ini sebagai salah satu cara yang dilakukan oleh santri Ponpes Gasek untuk tetap “nguri-nguri” budaya makan bersama atau talaman.

Budaya talaman di Ponpes Gasek bertujuan tidak hanya sekedar makan bersama namun juga untuk mengajarkan nilai-nilai pendidikan karakter di kalangan para santri. Talaman mencerminkan nilai-nilai kebersamaan, keberagaman, dan spiritualitas yang kental dalam masyarakat Indonesia. Makan talaman dapat mempererat nilai ukhuwah antar santri. Hidup di pondok pesantren dengan penuh keberagaman dan perbedaan seperti perbedaan pemikiran, pendapat, dan kebiasaan santri sangat rentan akan terjadinya permusuhan. Pembiasaan makan talaman akan mempererat rasa kekeluargaan para santri. Tidak jarang ketika para santri makan bersama terjadi obrolan ringan, bercanda, dan sering juga bertukar pikiran. Dengan begitu, sikap kebersamaan dan saling memahami antar santri akan tetap terjaga.

Nilai lain dari talaman adalah mengajarkan sikap sederhana dan saling peduli kepada para santri. Para santri akan makan makanan sederhana yang telah disajikan untuk talaman. Hal ini mengajarkan santri untuk lebih “neriman” dan tidak pilih-pilih makanan. Para santri akan saling berbagi dan tidak akan makan secara berlebihan. Dengan makan bersama akan ada suatu kenikmataan tersendiri daripada makan sendiri. Satu talam berisi banyak tangan mengajarkan rasa yang senasib dan sepenanggungan. Semua akan makan bersama-sama dalam waktu dan ruang yang sama.

Berdasarkan hadist nabi riwayat Abu Dawud, bahwasannya para sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW: (Mengapa) kita makan tetapi tidak kenyang? Rasulullah balik bertanya: Apakah kalian makan sendiri-sendiri? Mereka menjawab: Ya(kami makan sendiri-sendiri). Rasulullah pun menjawab: Makanlah kalian bersama-sama dan bacalah basmalah, maka Allah akan memberikan berkah kepada kalian semua. (HR Abu Dawud). Berdasarkan hadist tersebut makan talaman akan membawa banyak keberkahan. Keberkahan tersebut yang akan membuat lebih cepat kenyang sehingga juga dapat meningkatkan rasa syukur. Semakin banyak tangan yang makan dalam satu wadah maka semakin banyak berkah dan barokah yang menyertai makanan tersebut. Keberkahan dan rasa syukur inilah yang nantinya akan mendidik santri menjadi pribadi yang kuat iman, kuat mental dan tidak mudah mengeluh.

Nilai dari budaya talaman ini akan membangun karakter kebersamaan dan kepedulian para santri di dalam pesantren. Hal ini akan menghindarkan para santri dari sifat kikir dan bakhil. Pembangunan karakter kebersamaan di kalangan para santri juga akan berdampak pada kehidupan sosial mereka di masyarakat. Di tengah masyarakat yang multikulturalisme para santri sudah memiliki sikap toleransi, saling menghargai, saling memahami, dan saling peduli satu sama lain sehingga tidak mudah terpecah belah

Penulis. Antik Hamidah
Editor. Cheppy Eka Juniar