(dok: gasmul)
Ponpesgasek.id—Sosok almarhum K. H. Muhammad Murtadho Amin yang kerap disapa Abah Dho salahsatu pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad Gasek ini memang banyak dikenal luas khususnya bagi kaum Nahdliyin di Kota Malang. Pribadinya yang sabar, tenang, menyejukkan, dan cenderung tidak banyak bicara ternyata berbanding terbalik dengan apa yang beliau kerjakan. Karyanya pun amat nyata dan luar biasa. Dibalik kesederhanaannya tersimpan mutiara indah penuh hikmah. Oleh karena itu, untuk mengingat perjuangan hidup beliau, keluarga besar Ponpes Sabilurrosyad Gasek menggelar haul yang pertama.
Peringatan Haul K.H. Muhammad Murtado Amin ke-1 Tahunnya di Pondok Pesantren Sabilurrosyad Gasek Malang, Kamis (29/07) malam pukul 19.10 Wib bakda Ngaos Abah, para santri bergegas memadati lingkungan pesarean dengan mematuhi protokol kesehatan yang berlangsung dengan khidmat. Haul digelar dengan rangkaian tahlil singkat dan do’a bersama yang dipimpin langsung oleh Kiai Marzuqi Mustamar.
Sementara itu Kiai Marzuqi Mustamar menyampaikan dawuhnya yang mana tentang tiga pandangan terhadap sosok K. H. Muhammad Murtadho Amin yang pantas menjadi teladan bagi para santri, yaitu:
Kesulitan ekonomi tak menyurutkan semangat beliau untuk terus giat menuntut Ilmu
Ceritanya, orangtua beliau dulu berjualan tahu campur di Surabaya. Namun, meski mengalami kesulitan ekonomi beliau tetap giat mencari ilmu hingga beberapa kitab berhasil beliau kuasai. Beliau sebetulnya kuliah di IKIP Malang sekarang (Universitas Negeri Malang) jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) dan nilainya bagus. Kalau seseorang itu kuliahnya bahasa arab pintar membaca kitab, sebenarnya wajar. Beliau ini jurusan PPKN akan tetapi pintar membaca kitab, ilmu hisabnya, betah wiridanya juga.
Tidak menampilkan kesulitannya kepada banyak orang
“Kiai Murtadho itu meskipun ada kesulitan ekonomi tetapi tidak memperlihatkan keburukannya. ‘Ora oleh wong iku senajan mlarat ngetok’ke mlarat’ (Susah itu harus ditutupi hanya untuk diri sendiri jangan diperlihatkan ke orang lain). Beliau itu tidak pernah dandan tidak pantas, pasti sopan. “Wong Islam ora oleh dandane kalah ganteng karo wong diluar Islam” (Orang Islam tidak boleh kalah berpakaian daripada orang diluar Islam).
Bersikap tawaduk kepada siapa pun
Kiai Murtadho sejak kecil sudah dibiasakan untuk tawaduk. Kami bertiga yaitu Kiai Murtadlo dengan saya (Kiai Marzuqi) maupun Kiai Warsito, sama-sama saling menghargai. Santri-santri barangkali nanti sudah sukses, jadi apa saja harus tetap andap asor. Karena semua itu sejatinya milik Allah Swt. Kapan pun pemberian itu bisa jadi diberikan maupun dicabut oleh Allah Swt.
Itulah tiga keteladanan dari K. H. Muhammad Murtadho Amin yang patut ditiru oleh para santri. Sedangkan Kiai Marzuqi Mustamar berharap agar para santri dapat meneladani perjuangan beliau yang sarat makna.
Semoga almarhum K. H. Muhammad Murtadho Amin diridhoi Allah Swt, keluarga besar beliau diberikan kekuatan dan ketabahan, dan para santri senantiasa diberikan keberkahan dalam belajarnya. Aamiin Yaa Rabbal Alamin.
Wallahu a’lam bisshowab
Pewarta: Cheppy Eka Juniar
Manusia yang suka dengan hal-hal sederhana.