Ponpesgasek.id—Pondok Pesantren Sabilurrosyad melaksanakan tasyakuran Wisuda di Masjid Nur Ahmad ponpes Sabilurroyad, Gasek, Kota Malang pada Rabu malam (30/1). Tasyakuran Wisuda yang diselenggarakan oleh sebanyak 70-an wisudawan-wisudawati itu merupakan salah satu tradisi unik di Pondok Pesantren Sabilurrosyad. Tasyakuran Wisuda dilaksanakan secara rutin setiap tahun. Tasyakuran Wisuda juga mencerminkan bentuk rasa syukur setelah masa studi jenjang S1 maupun S2 dari berbagai kampus di Kota Malang.
Tasyakuran Wisuda dibuka dengan pembacaan tilawah ayat suci al-Quran dan dilanjutkan dengan sambutan, pesan serta mauidzoh hasanah dari pengasuh.
Sambutan pertama disampaikan oleh Gus Faiz selaku ketua panitia Tasyakuran Wisuda sekaligus perwakilan wisudawan-wisudawati. Ia menyampaikan terimakasih kepada para santri sekaligus sahabat yang telah bersama-sama mendukung untuk maju dan belajar sehingga mampu melampaui tahapan-tahapan akademik. Putra Kiai Murtadlo Amin itu juga menyampaikan permohonan maaf atas kekhilafan yang pernah dilakukan oleh santri wisudawan dan wisudawati selama menempuh pendidikan di pondok pesantren. “Ingkang mas-mas biasane kate ujian gupuh nggolek klambi puteh akhire iki sopo seng nduwe. (Yang mas-mas, biasanya mau ujian, buru-buru, mencari baju putih,akhirnya bertanya, ini punya siapa). Ternyata ndak ada yang mau menjawab, akhirnya digowo ae disek (dibawa aja dulu), dighosob”, kenang gus Faiz mengenai fenomena yang terjadi di kalangan santri ketika menuju ujian atau sidang skripsi.
Selanjutnya, Kang Faishol, salah satu santri senior yang menjadi wisudawan menyampaikan kesan-kesan ketika menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Sabilurrosyad. Wisudawan S2 yang juga baru diterima sebagai Dosen di Universitas Islam Malang (UNISMA) itu menyampaikan kesan dan permohonan maaf atas kesalahan selama di pondok. Menurutnya, kekhilafan santri angkatannya yang hanya tersisa dua orang itu barangkali lebih banyak dan lebih lama dibandingkan angkatan lain. “Kalau mas Jumhur itu mungkin salahnya cuma dikit, dua-tiga tahun, kalau kita ini kan ghozobnya hampir lima tahun”, kenangnya diiringi gelak tawa santri lain.
Selanjutnya, Ustadz Ahmad Musthofa Bisri, selaku perwakilan pengurus dan asatidz, memberikan pesan-pesan kepada wisudawan-wisudawati. Ustadz Mad (sapaan akrab beliau) berpesan agar wisudawan-wisudawati mempersiapkan masa depan baik sesuai jalur akademik maupun di luar jalur akademik. Bagi yang mampu dan mumpuni terjun ke masyarakat harus dipersiapkan dengan baik. Bagi yang terjun di dalam bidang pendidikan jadilah guru yang baik.
Beliau juga berpesan agar tidak melupakan nilai-nilai kesantrian dalam kehidupan mendatang. Santri harus berkiprah dalam bidang masing-masing dan tetap mengadakan ta’lim atau pengajaran nilai-nilai dan ilmu di masyarakat.
Selain itu, Ustadz Mad juga berpesan bagi santri yang sudah siap melangsungkan pernikahan, silakan segera melangsungkan pernikahan tanpa perlu menunda karena alasan material (penghasilan). “Allah sendiri sudah menjamin, Allah itu kalau melihat makhluk-Nya (manusia) melangsungkan pernikahan, di sisi lain Allah Swt. juga akan menjamin rizkinya, peluang kerja atau tawaran bekerja semakin penuh (banyak) mungkin ada tawaran dari saudara, kolega, atau mertua” tegas beliau mengingatkan jaminan rezeki bagi yang melangsungkan pernikahan.
Marzuqi Mustamar, selaku pengasuh pondok pesantren Sabilurrosyad, Gasek, juga menyampaikan pesan-pesan kepada santriwan-santriwati. Beliau berpesan agar para santri tetap ber-NU sampai akhir hayat.
Beliau menengaskan, berkat adanya NU, ajaran Islam yang dianggap benar tetap sama dengan Rasulullah saw. Semua amaliah NU seperti dzikir setelah sholat dibaca keras berjama’ah, do’a untuk orang mati, ziarah, shalawat, dan amaliyah khas ahlussunnah wal jama’ah lainnya itu berdasarkan pada hadits shahih.
Tidak hanya amaliah, pandangan NU tentang negara juga memiliki legitimasi agama yang juga berdasar pada hadits-hadits shahih. Dengan demikian, ajaran NU benar-benar sama dengan dan berasal dari Rasulullah Saw. Dengan kesamaan itu, ada harapan besar berkumpul bersama Rasulullah saw kelak di surga. Golongan yang resmi menyatakan dan melaksanakan amaliah ahlussunah wal jama’ah apapun namanya itu, mulai Sabang sampai Merauke, tidak lain adalah NU.
Secara khusus, K. H. Marzuqi Mustamar berpesan kepada santriwati agar tidak menolak jika dilamar oleh santri NU. Alasannya adalah, santri NU itulah yang pertama kali akan mengajak anak-anaknya berziarah ke makam istri sekaligus ibu anak-anaknya itu jika kelak telah meninggal dunia. Memilih calon suami jangan hanya karena ketampanan dan kekayaan, sedangkan aqidahnya berbeda dengan aqidah ahlussunnah wal jama’ah ‘ala nahdliyyah.
“Permintaan saya, ayo tetap istiqomah di NU supaya tetap sama dengan ajaran Rasulullah saw. Berkomitmen tetap NU sampai mati. Jangan pernah bermimpi, berkeinginan keluar dari NU”, pesan beliau.
Dengan do’a dan ikrar setia membela Islam, Ahlussunnah wal jam’ah, masyayikh, habaib, kiai, Nahdlatul Ulama, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta diringi lantunan shalawat asyghil, Tasyakuran Wisuda santri pondok pesantren Sabilurrosyad, Gasek, Kota Malang secara resmi berakhir dan dilanjutkan dengan talaman (makan) bersama. Para santri duduk melingkar menikmati hidangan khas pesantren itu dengan suka cita.
Pewarta: M. Chasbi Asshidiq
Untuk pengiriman karya tulis maupun informasi lebih lanjut silakan hubungi admin
0851-83019262 (WA)