Foto. Izza N.F
Pada momentum Hari Raya Idul Adha 1443 H kemarin, kami berkesempatan mendampingi tim dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya (FKH UB) untuk melakukan pemeriksaan hewan qurban di Pondok Pesantren Sabilurrosyad Gasek. Mereka terdiri dari satu orang dokter hewan dan lima orang mahasiswa/i. Dari semuanya, kami meminta salahsatu anggota tim tersebut untuk menceritakan bagaimana rasanya melakukan pemeriksaan hewan qurban disini.
“Nama saya Izza Nuruzzakiyah Fatimatuzzahro, mahasiswi FKH UB angkatan 2019,” ujarnya memperkenalkan diri melalui sambungan telepon pada Selasa (12/07/2022).
Izza mengaku, dirinya terdorong untuk mengikuti kegiatan ini karena ingin menambah pengalaman praktik di lapangan. Sebab selama ini banyak praktik yang dilakukan secara online sehingga dirinya merasa butuh pengalaman tambahan bagaimana pemeriksaan langsung di lapangan.
“Selain itu, saya juga ingin mengamati lebih jauh bagaimana keterpaduan antara kesehatan hewan, kesehatan masyarakat, dan kesehatan lingkungan dalam praktik penyembelihan hewan qurban di Ponpes Gasek ini,” kata Izza menambahkan alasan mengapa dirinya mengikuti kegiatan ini.
Mahasiswi asal Cianjur ini tidak menyangka bahwa dirinya akan melakukan pemeriksaan di Ponpes Gasek karena pada awalnya ia mendapatkan jadwal pemeriksaan di kelurahan Polowijen. Hal ini disebabkan adanya perubahan jadwal yang dirancang oleh pihak fakultas.
“Pemeriksaan dilakukan dua kali yakni antemortem dan postmortem. Antemortem itu dilakukan sebelum penyembelihan sedangkan postmortem dilakukan pasca penyembelihan,” ucapnya menjelaskan dua rangkaian pemeriksaan yang dilakukan.
Dari keduanya, dirinya merasa kesulitan pada pemeriksaan yang pertama yakni antemortem. Pemeriksaan antemortem umumnya dilakukan pada kondisi terang sedangkan saat pemeriksaan di Ponpes Gasek itu pada malam hari sehingga membutuhkan upaya ekstra agar seluruh indikator pemeriksaan dapat teramati. Salahsatu upaya yang dilakukan itu adalah dengan menggunakan senter agar dapat mengamati kondisi hewan dengan jelas.
Setelah melakukan kedua pemeriksan tersebut, dirinya beserta tim dapat memutuskan bahwa seluruh hewan qurban di Ponpes Gasek sah memenuhi syarat sebagai hewan qurban setelah mengamati status kesehatan dan memprediksi umurnya yang dengan melihat gigi.
“Daging, organ-organ dalam seperti jantung, hati, dan paru serta jeroan hewan disini semuanya aman untuk dikonsumsi. Walaupun terdapat salahsatu sapi yang parunya ada nodul (penyumbatan) tapi masih bisa untuk dikonsumsi,” jelasnya memastikan keamanan pangan asal hewan qurban tersebut.
Ia dan tim tidak hanya fokus pada tindakan pemeriksaan pada hewan qurban saya tetapi juga mengamati situasi dan kondisi di Ponpes Gasek yang sangat kondusif
“Saya merasa senang disini melihat antusias teman-teman santri bergotong royong saling membantu sehingga pekerjaan lebih ringan dan cepat terselesaikan. Setiap ada tamu yang berkunjung -termasuk kami- pun dilayani dengan sangat baik dan ramah,” kesannya saat melakukan pemeriksaan selama dua hari di Ponpes Gasek.
Terakhir, dirinya berpesan kepada siapapun bahwa pastikan selalu makanan yang kita konsumsi itu harus sehat, bergizi, dan layak konsumsi agar tubuh kita mendapat asupan nutrisi yang baik sehingga dapat menjalani aktivitas sehari-hri dengan penuh semangat.
Manusia yang suka dengan hal-hal sederhana.