Website Resmi Ponpes Sabilurrosyad Gasek Malang

Khidmah Konten dari Pesantren

Kajian Kitab Nashoihul Ibad sebagai penguat moral santri Gasek dipasca pandemi

(Dok: gasmul)

Ponpesgasek.id-Pondok Pesantren Sabilurrosyad Gasek merupakan pondok pesantren putra putri yang diasuh oleh KH. Marzuqi Mustamar selaku ketua PBNU Jawa Timur. Pondok pesantren yang terkenal dengan pondok mahasiswa ini, bertempat di Jl. Raya Candi VI C No.303, Karangbesuki, Kec. Sukun, Kota Malang, Jawa Timur. Tempat yang strategis, menjadi salah satu alasan mahasiswa menimba ilmu agama disini. Tidak hanya mahasiswa, SMP dan SMA juga di dirikan di dalam satu yayasan dan lingkup pondok. Sehingga santri pondok pesantren Sabilurrosyad terdiri dari santri SMP, SMA dan mahasiswa.

Pondok pesantren Sabilurrosyad Gasek termasuk salah satu pondok pesantren yang masih melestarikan kajian kitab-kitab turats, yang akrab disebut dengan kitab kuning. Disela kesibukan para santri dengan dunia perkuliahnya, santri tetap menyempatkan untuk mempelajari kitab turast ini. Karena kitab turats merupakan warisan dari para ulama’-ulama’ yang masih tetap menjadi ciri khas pondok pesantren salafiyah Nahdlatul Ulama’.

Setiap ba’da jamaah subuh dan ba’da jamaah maghrib, selalu ada kajian atau pengajian dengan menggunakan kitab turats. yang biasa dikenal dengan “Ngaos Abah”. Kitab masyhur yang dikaji seperti Riyadus Sholihin, Targhib wa targhib, Kifayatul Atqiya’, Ihya’ Ulumuddin dan lainnya.

Pada masa pandemi, Pengaosan Abah yai tetap berlangsung meskipun melewati streaming youtube karena tidak semua santri berada di pondok. Banyak santri yang masih belum bisa kembali karena adanya beberapa perlakuan PPKM. Salah satu menfaat dari streaming youtube ini adalah meskipun berada di rumah tidak ada alasan untuk berhenti mengkaji kitab kuning. Pada pengaosan  di masa pandemi ini, mengkaji kitab Nashoihul Ibad yang berisi tentang maqolah-maqolah tentang nasehat, anjuran, dan peringatan untuk hamba-hamba Allah yang sedang mempersiapkan perjumpaan dengan-Nya di hari kiamat.

Didalam kitab Nashoihul Ibad juga terdapat maqolah yang menjelaskan tentang adab terhadap guru dan memulyakannya sebagai salah satu cara untuk memperkuat akhlak para santri meskipun di masa pandemi dan tetap mengamalkannya di pasca pandemi.

Terdapat maqalah dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah sebagai berikut :

انا عبد من علمني حرفا واحدا

 

“ saya adalah hamba sahaya dari orang yang telah mengajariku (meskipun) satu huruf saja”

Pada maqolah ini menggunakan shighot mubalaghah (melebih-lebihkan) karena menjadi bentuk pengagungan terhadap guru yang telah membagikan ilmunya pada kita walaupun itu satu huruf. Sehingga, seakan-akan murid menjadi hamba atau budak yang harus tunduk dan memuliakan sayyidnya (guru). Pada maqolah ini menunjukkan betapa pentingnya menghormati guru.

Selain menjelaskan tentang pentingnya memuliakan guru, kitab Nashoihul Ibad juga menjelaskan tentang akhlak. Salah satunya adalah tawaddu’ yang tertera dalam kitab Nashoihul Ibad bab 3 maqolah ke 21

عن غلى رضي الله عنه كن عند الله خير الناس و كن عندالناس رجلا من الناس

Artinya: Sayyidina Ali ra berkata “Jadilah manusia yang paling baik disisi Allah dan jadilah manusia paling jelek dalam pandangan dirimu, serta jadilah manusia biasa dihadapan orang lain.”

Pada maqolah ini dijelaskan bahwa kita diharuskan untuk memandang orang lain itu lebih baik dari pada kita dan memandang diri kita lebih jelek dari pada orang lain dalam hal iman, ilmu dan amal. Maka inti dari maqolah ini adalah santri dianjurkan untuk tawaddu’ disegala kondisi.

Santri menjalani kehidupan terutama mandiri, tidak hidup bersama keluarga, pastinya hidup yang dijalani lebih berat. Dan sabar menjadi kunci utama dalam menjalani hidup ini sesuai yang tercantum dalam kitab Nashoihul Ibad bab 3 maqolah ke 13

من لا اداب له لا علم ومن لاصبر له لا ورع له لا زلفى له

 

Artinya: orang yang tidak memiliki sopan santun berarti dia tidak berilmu. Orang yang tidak sabar, berarti dia tidak menghayati agamanya. Dan orang yang tidak memiliki sifat wara’, berarti tidak memiliki derajat.

Maka, sabar termasuk cara untuk bisa menghayati agamanya. Pada maqolah ini juga dijelaskan akan pentingnya adab karena orang yang memiliki ilmu adalah orang yang memiliki sopan santun. Sehingga, santri adalah orang yang berilmu yang pastinya mempunyai adab atau sopan santun yang telah diajarkan di pesantren dan diamalkan di lingkungannya.

Dengan adanya pengajian kitab Nashoihul Ibad yang juga menjelaskan tentang akhlaq dan dibimbing langsung oleh KH Marzuqi Mustamar diharapkan para santri mampu untuk mempertahankan ahklak yang telah diajarkan dan tetap diamalkan di lingkungannya. Jangan sampai dengan adanya pandemi ini menjadi hambatan santri untuk tetap mencari ilmu dan mempertahankan akhlak. Jadikanlah akhlakul karimah sebagai identitas seorang santri sehingga santri tak dianggap sebelah mata lagi.

Penulis : Saila Rahmatika

Editor   : Laili Nurfaiqoh