(Dok: dakwatuna.com)
Ponpesgasek.id—Berbekal surat tersebut, kulangkahkan kaki menuju rumahnya. Dengan bersalaman kepada emak, sembari berkata, ” Mak pangestunipun,” ujarku lirih.
“Iyo, ati-ati,” balas Emak dengan penuh perasaan.
Kubalas dengan salam.
Berangkat dengan mantab, sedikit greweli, karena tak enak badan. Ditambah hati dan jantung seakan berpacu melewati garis finish.. wuuush, huuuft haaah..
Sampai di depan rumahnya ada motor. “Punya saudaranya paling,” gumamku sambil melangkah mendekati pintu masuk samping.
“Assalamu’alaikum. . ”
“Wa’alaikumsalam. . ”
Wajahku menatap lurus ada salah satu yang aneh. Dia bersama lelaki duduk di ruang tamu. Langkahku agak gontai tapi tetap berusaha tegap.hehehe..sok sok an.
Tanganku ulurkan, sembari basa-basi. Sehat . . . (Bingung bibirku) untuk melanjutkan sapaan nama ini, sapaan itu. Termasuk menyalami si mas-mas dengan jaket pakaian atas berbalut sarung bawahannya.
Sebelumnya, surat, dua buah bunga beserta oleh-oleh sedikit dari Malang saya taruh reflek. Setelah melihat di samping pintu ada semacam box paket besar.
Setelah dipersilahkan duduk. Langsung aku menanyakan.
“Ibumu mana nggeh”
“Tasik ngaji”
“Nedi tulung samean panggilaken Ibu e samean”
“Enggeh”
Dag dig dug masih dominan dalam perasaan yang tak karuan. Kacau, dredeg, kikuk, bercampur menjadi satu. Sedikit mengambil nafas panjang ketika beliau datang dengan ibunya.
“Mas Han. . . ”
“Enggeh Lek . . ”
“Kapan lak teko”
“Nembe enjing wau”
“Ngapunten Lek, kulo mriki sepindah silaturrahmi dumateng panjenengan sekeluarga. Kaping kalih ngaturaken sedoyo lupute bapak sekeluarga menawi enten salah. Kaping tigo, kados sing sak derenge kulo utaraken kalih Mbak Latipa. Kulo sampun sowan . . . ”
Ku jelaskan panjang kali lebar. Tak dengar suaraku kok serak-serak gembredek. Tapi Alhamdulillah masih bisa lancar, tidak sampai terbata-bata.heheheu.
“Enggeh Mas Han, lak kulo pokok garek sing nglakoni bocahe”
“Enggeh Lek”
Setelah lama 3 menitan diam membisu, beliau mencoba mencairkan suasana.
“Kok maleh meneng-menengan”
Akhirnya ku putuskan jagongan disebelahku, ternyata ia adalah mantannya si dia.
Sebelum pamitan pulang, aku meminta maaf yang sedalam-dalamnya kepada si dia da keluarga. Perihal ketidak tahuan ini, memang murni spontanitasku ketika ada yang menawariku jodoh.
Saat itu tanpa banyak pikir panjang langsung kepingin saya sowankan untuk istikhoroh. Bisa dibaca sebelum-sebelumnya.
Badanku masih belum bisa diajak kompromi. Paling hanya 20 menitan paling tidak ada. Setelah selesai semua uneg-uneg dan iktikad baik ku sampaikan.
Buat apa berlama-lama. Akhirnya ku putuskan untuk berpamitan. Tak lupa bersalaman dengan adiknya. Adalah Mas Zidan, jagoa kecil yang tampil berani ketika ada tamu. Terlebih ia memanggil-manggilku.
“Mas Han. . . Mas Han . . ” dan seterusnya kayak udah kenal.
(Kayake baru pertama kali ini kenal, dan tatap muka. Lha kok wes kenal, gak enek canggung. Lak maleh sungkan no).
Melangkah keluar dengan agak semangat. “Alhamdulillah tujuanku berhasil”
Lalu ku ucapkan salam.
Sampai di motor parkir didepan rumah, tiba-tiba Mas Zidan nongol.
“Matur suwun Mas Han”
“Enggeh Mas Zidan” sambil grogi .wkwkw
Pulang dengan rasa plong.
***
Sampai rumah. Lemes, tapi masih belum sadar dengan setengah jam yang lalu. Dengan apa yang aku lakukan.
Tak berselang lama. Ada pesan W.a. masuk, dengan pap gambar bunga berwarna hitam.
“Bismillah ✨,” chatnya
Tak lihat lagi, seperti masih belum percaya kalau itu bunga warna hitam. Berarti diterima dong?
“Wah… Tenan pie,” batinku.
Yo lek samean dereng gamblang, saman ser bicara malih , masih welcome lak sman mriki. Daripada besok balik tapi ati sek ngno kui
😂haduh offline e lama
Eh sepurane gak ngrti lak repot😩emak sg ngekon
“Sepurane, tak gae bubuk iku mau,” balasku dengan masih belum sadar”
“🥲saiki ws tangi wkwk”
“Tas ngombe Paracetamol plus ampicilin”
“Ihh sudah.. Si item lucu bismillah”
“Jare istiqoroh malih😃kok wes ada jawaban..wkwk”
Benjing mawon. Tasik mboten fit niki. Salam teng Ibuk.
“Wa’alaikum salam”
“Sepurane mas gak patek iso ngomong🤕gaiso boso”
“Suantai mawon, Loosss…”
“Pokok ojo koar2 sek mas. Ibue sman sek sabar ojo d critak-critakne 😌 🦦kan saya malu hihi.”
“Gae budal, ambekan aboot, antara awak gak penak, plus nyiapne kata-kata sak metune. Gae surat mendadak bar isya’. Bar maghrib marai Kevin ngaji”
“Tapi penulis i pnggh tertata rapi kata2ne😂”
Huffft… One step terlewati Gusti.
Dari mulai chat-chatan baru intens di pertengahan Desember, hingga nembung ke orang tua di akhir Desember masih satu kesan.
Speechless.
Begini ya, Allah Maha Asyik, Maha Cinta kepada hambanya. Kita pun tidak tahu kapan cinta itu berlabuh.
Yakinlah, doa dan usaha janganlah runtuh.
#PartVII
Pewarta: Madchan Jazuli (Santri PP. Miftahul Huda Malang)
Untuk pengiriman karya tulis maupun informasi lebih lanjut silakan hubungi admin
0851-83019262 (WA)