Website Resmi Ponpes Sabilurrosyad Gasek Malang

Khidmah Konten dari Pesantren

Gus Mus: 5 Anugerah Allah Yang Wajib Kita Syukuri

(Deok: mediaindonesia.com)

Ponpesgasek.id – Pernahkah pembaca mengingat-ingat kapan terakhir kali berucap “syukur”, atau mungkin “Alhamdulillah” dalam sehari saja? Tentu tidak semua dari kita mampu mengingat atau malah menghitungnya walaupun hanya dalam sehari saja. Selain itu, kita pun seringkali mengekspresikan rasa syukur dengan melakukan amal kebajikan lainnya, misalnya bersedekah atau berinfaq. Sebagai realisasi moralistis yang umum, terkadang pengekspresian rasa syukur memang terlihat semudah itu. Namun sebagaimana yang disampaikan Gus Mus, rasa syukur menuntut kehadiran rasa sadar sebagai pendorong dalam diri kita. Beliau juga menekankan bahwa ada 5 hal penting yang wajib kita syukuri dalam hidup ini. Apa sajakah 5 hal tersebut? Simak selengkapnya.

Terlahir Sebagai Manusia

Diciptakan oleh Allah menjadi manusia merupakan anugerah luar biasa yang patut kita syukuri. Mari kita perhatikan, Allah SWT menciptakan banyak makhluk, ada yang berupa tanah, batu, pasir, dan lain sebagainya. Mereka tetaplah makhluk ciptaan Allah, namun tidak diberikan kemampuan dalam berpikir, merasakan, dan mengekspresikannya.

Ada juga makhluk Allah berwujud tanaman yang memiliki kemampuan berpikir dan merasakan, tetapi tidak mampu mengekspresikannya. Sehingga tidak dapat dimengerti oleh manusia. Hal ini telah dibuktikan di dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh tim ilmuwan dari University of Western Australia (UWA). Kelompok saintis ini telah membuktikan bahwa tanaman memiliki memori jangka panjang, proses mental tingkat tinggi, dan termasuk kemampuan untuk merasakan takut dan bahagia. Setiap tanaman memiliki kemampuan berkomunikasi bahkan membaca pikiran. Ini adalah bukti yang cukup bahwa tanaman adalah makhluk yang hidup, bertumbuh kembang, dan menghadapi maut di kemudian hari.

Ada lagi makhluk Allah berupa hewan, hewan bisa berpikir, merasakan, serta mampu mengekspresikan keduanya tetapi tidak sempurna. Sebagai contohnya, coba kita perhatikan ada seekor anak kambing berteriak-teriak ketika melihat induknya akan disembelih. Apakah saat itu kita faham bahwa anak kambing tersebut sedang menangis atau kelaparan? Tidak, kita tidak akan faham seutuhnya, yang kita fahami hanyalah bahwasanya anak kambing itu sedang lapar, padahal bisa jadi menangisi induknya. Dari contoh ini jelas memperlihatkan ketidaksempurnaan hewan mengekspresikan apa yang sedang  dipikirkan dan dirasakan.

Selanjutnya manusia, merupakan makhluk Allah yang diciptakan sangat sempurna. Karena Allah telah memberi anugerah kepada manusia untuk bisa berpikir, merasakan, lalu mengekspresikan keduanya dengan baik dan benar. Sehingga terwujudlah kemampuan-kemampuan yang luar biasa. Sebuah kecerdasan dan kepandaian luar biasa yang dapat membuat manusia mengerti akan berbagai ilmu pengetahuan serta mampu menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapi dengan benar dan bijaksana.

Untuk mensyukuri anugerah ini kita tidak cukup hanya sekedar mengucapkan “Alhamdulillah” saja. Akan tetapi, kita berusaha mengungkapkan rasa syukur dengan semaksimal mungkin. Berbekal kesadaran terhadap kesempurnaan yang diberikan Allah, Sebetulnya  terdapat banyak cara  untuk mensyukurinya. Salah caranya yaitu dengan menjaga sisi kemanusiaan kita terhadap semua makhluk ciptaan Allah SWT. Sudah sepatutnya kita menjaga sikap dan perilaku kepada sesama manusia. Dengan saling menghormati antar sesama manusia maka akan tercipta keadaan lingkungan bersosial yang harmonis. Seperti halnya firman Allah QS Al-Israa 70  :

.وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا

“Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.

Dengan memahami ayat di atas, minimal timbul pemikiran seperti ini : “Apabila Allah saja memuliakan semua manusia, lantas atas dasar apa kita yang hanya sesama makhluk-makhluk ciptaan-Nya tidak memanusiawikan semua manusia”. 

Dilahirkan Menjadi Orang Islam

Dipilih menjadi orang Islam adalah anugerah yang patut kita syukuri. Apalagi kita dilahirkan dalam keadaan telah memeluk agama Islam, dengan begitu kita tidak perlu repot-repot untuk memilih agama. Sedangkan orang-orang selain Islam, mereka harus terlebih dahulu mencari-cari kebenaran dan itu pun jika mereka mendapatkan hidayah dari Allah SWT.

Untuk itu bersyukur dengan bersungguh-sungguh dalam mempelajari agama Islam menjadi bentuk syukur yang paling utama. Dengan mempelajari ilmu-ilmu agama Islam serta mengamalkannya, maka akan tercipta keadaan kehidupan sekitar yang berimbang antar sesama pemeluk islam, bahkan terhadap mereka pemeluk agama lain. Selalu ingat bahwa hidayah Allah dapat datang kapanpun, akan tetapi Allah SWT memiliki kuasa untuk mencabut semua nikmat tersebut pada detik berikutnya.

Memiliki Pemimpin Agung Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW adalah manusia paling mulia. Sebagai manusia yang mampu memahami umatnya, Rasulullah merupakan pemimpin yang paling tepat untuk kita semua. Apa maksudnya? Nabi Muhammad adalah seorang pemimpin yang sempurna, seorang pemimpin yang mampu memahami umatnya dengan sangat utuh.

Mari kita perhatikan pemimpin jaman sekarang. Banyak pemimpin saat ini yang tidak mengerti manusia. Artinya mereka memimpin tetapi tidak mengerti caranya memimpin, mereka tidak mengerti bagaimana memahami umatnya serta mereka tidak mengerti bagaimana memanusiakan manusia. Sehingga hal itu membuat mereka mudah meremehkan orang yang tidak setara dengannya.

Oleh karena itu, jika kita ingin menjadi sebenar-benarnya manusia maka kita harus mengikuti  Nabi Muhammad SAW dan kita harus mempelajari secara baik dan benar apa yang telah diajarkan Nabi Muhammad SAW. Dengan begitu, kita telah benar-benar bersyukur atas anugerah Allah yang telah menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin yang paling agung bagi seluruh umat.

Menjadi Bagian Dari Warga Nahdhatul Ulama (NU)

Menjadi orang Islam yang berfikrah Nahdhatul Ulama (NU) adalah sebuah anugerah yang wajib kita syukuri. Terlepas dari banyaknya orang-orang yang tidak menyukai NU. Namun tetap saja Nahdhatul Ulama merupakan organisasi keagamaan yang terbesar di Indonesia, dan telah memiliki paham serta tradisi yang terbukti mampu menjadi perekat bangsa ini, yaitu paham Ahlusunnah Wal Jamaah (Aswaja). 

Lalu bagaimanakah cara mensyukurinya? Yaitu dengan mempelajari khittah Nahdhatul Ulama, mengamalkannya, serta senantiasa mengikuti Ulama Nahdhatul Ulama. Selalu mengikuti dawuh-dawuh para Kiai, dan jangan mudah termakan berita hoax. Budaya yang dipupuk NU adalah tabayyun, yaitu klarifikasi. Cara inilah  yang membuat Ormas ini utuh dan bersatu hingga kini.

Hidup dan Tumbuh di Negara Indonesia

Indonesia adalah negara yang harusnya membuat kita senantiasa bersyukur. Karena tidak ada negara lain yang seindah Indonesia. Seperti yang pernah dikatakan oleh Grand Syekh Al-Azhar Mesir saat beliau berkunjung ke Indonesia. Beliau mengatakan bahwa Indonesia merupakan negeri potongan dari surga.

Menangkap pernyataan sang Syekh tersebut, tersirat bahwa Indonesia adalah negara dambaan bagi negara lain. Banyak hal yang kita miliki namun tidak dapat ditemui pada negara-negara lain. Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya, negara yang kaya akan keindahan alamnya, serta negara yang sangat stabil kualitas suhunya. Di Indonesia pula persatuan tetap terjaga meskipun banyak perbedaan di dalamnya.

Oleh karena itu untuk mensyukuri anugerah ini, marilah kita saling menjaga Indonesia,  saling menjaga tali persaudaraan antar sesama warga Indonesia, saling menjaga keislaman kita, saling menjaga ke NU-an kita, dan saling menjaga ke-Indonesiaan kita.

Wallahu a’lam bisshowab

“Disarikan dari Pengajian KH. A. Musthofa Bisri dalam acara Halabihalal dan Haul KH. Mustamar serta KH. Ahmad Noer pada jumat, 21 juni 2019 , di Pondok Pesantren Sabilurrosyad, Gasek, Malang”

 

Penulis : Fitrotul Izah

Editor   : Teguh Hidayanto