Website Resmi Ponpes Sabilurrosyad Gasek Malang

Khidmah Konten dari Pesantren

Gus Ciprut, Kucing Busok Kesayangan Ning Shofi Marzuqi

(Dok: Nazil)

Ponpesgasek.id–Assalamualaikum sahabat ponpesgasek.id! Apa kabar? Semoga baik-baik ya—meskipun dia telah pergi dan tak kembali, hehe.

Bagi kalian yang nyantri di Pondok Gasek, pasti tidak asing dengan si lincah Ciprut, kan? Yups! Ciprut, begitulah Ning Shofi memanggil kucing yang super duper aktif itu.

Ciprut mendadak dipanggil Gus semenjak diangkat menjadi salah satu keluarga ndalem dan mendapat pengakuan auto NU (Nahdlatul Ulama) dari Umi Saidah, garwa Abah Kiai Marzuqi.

Gimana ceritanya? Kuy, simak kisah selengkapnya tentang Gus Ciprut, si kucing Busok yang hadir di tengah-tengah keluarga ndalem.

Awal Mula Kehadiran Gus Ciprut

Pada bulan Agustus tahun 2018, Ning Shofi bersama keluarga ndalem menghadiri suatu acara di Jakarta, tepatnya di rumah Bapak Hanif Dzakiri. Beliau saat itu masih menjabat sebagai Menaker. Acara tersebut juga dihadiri oleh beberapa anggota DPRD dari Madura.

Jadi begini ceritanya, “ketika itu, almarhum Paklik Dul sedang ngobrol dengan (salah satu anggota) DPRD tersebut—yang dari Madura, saya lupa namanya. Tiba-tiba beliau berdua membahas tentang saya yang suka kucing. Bapak anggota DPRD tersebut menunjukkan kucing khas Madura yang berasal dari Pulau Raas kepada saya. Selang beberapa minggu kemudian, barulah Ciprut datang lengkap dengan kandangnya ke ndalem,” terang Ning Shofi.

Awal Perkenalan dengan Gus Ciprut

Menurut cerita dari Ning Shofi, awalnya Gus Ciprut suka jual mahal. Ia lebih suka berdiam diri di kandangnya—barangkali ia masih beradaptasi dengan lingkungan barunya.

Adapun untuk perawatan, Gus Ciprut ini mendapat perlakuan istimewa. Kandangnya harus dalam keadaan bersih dan harus dalam kondisi hangat karena letaknya di luar ndalem.

Dengan penuh ketelatenan, Ning Shofi perlahan merawat dan mulai mengenal karakter Gus Ciprut. Begitu pula Gus Ciprut, ia semakin akrab dengan Ning Shofi. Hingga akhirnya Gus Ciprut menjadi kucing kesayangan Ning Shofi.

Lambat laun, Gus Ciprut tidak hanya berdiam di dalam kandang. Ia mulai suka berjalan-jalan di sekitar ndalem dan berkeliaran di area pondok. Hingga Gus Ciprut dikenal akrab oleh para santri.

Gus Ciprut, Kucing Khas Pulau Raas

Gus Ciprut tergolong kucing domestik dari pulau Raas Madura. Kucing ini disebut sebagai kucing Raas. Kucing Raas memiliki dua jenis yang dibedakan berdasarkan warnanya yaitu kucing Busok dan Kecubung. Selain mendapat sebutan Raas, kucing ini juga terkenal dengan panggilan Busok atau Kecubung, sesuai dengan warnanya.

Kucing Busok memiliki warna abu-abu. Pemberian nama Busok sendiri diambil dari bahasa setempat yang artinya warna abu-abu. Sedangkan kucing Kecubung berwarna cokelat. Sebagaimana Busok, nama Kecubung juga diambil dari nama warna cokelat, yang masyarakat di sana menyebutnya dengan kecubung.

Kalau si Gus Ciprut ini termasuk jenis kucing Busok. Warnanya abu-abu kebiruan seperti bulu kucing British Short Hair atau Russian Blue.

Gus Ciprut Kucing Istimewa

Menurut beberapa literatur, kucing sejenis Gus Ciprut ini hanya bisa diasuh oleh kalangan ningrat, bangsawan, dan ulama di tempat asalnya, Madura. Di sana terdapat kepercayaan, jika kucing ini dipelihara oleh masyarakat biasa, maka kucing ini tidak dapat hidup bertahan lama.

Terdapat literatur lain yang mengatakan bahwa Kiai Kholil Bangkalan juga memelihara kucing Raas Busok dan Kecubung. Sampai ketika beliau wafat, kucing ini ikut menghilang.

Oleh sebab kepercayaan itulah, masyarakat enggan untuk mengawinkan kucing Raas mereka dengan kucing kampung atau lokal. Perlakuan yang demikian memiliki tujuan agar rasnya yang masih murni tidak tercampur dengan kucing jenis lainnya. Nah, kalau mengikuti kepercayaan ini, pasangan Gus Ciprut tidak bisa kucing sembarangan, dong, hehe.

Mitos Kemunculan Kucing Busok

Selain kepercayaan tentang betapa istimewanya kucing Raas, asal muasal kemunculan kucing ini juga tak lepas dari cerita mitos. Mitos yang beredar di masyarakat pulau Raas terkait kemunculan kucing ini berasal dari keberadaan kucing Pitua, atau kucing bertanduk. Kucing bertanduk ini hanya bisa dilihat oleh anak yang belum akil balig atau anak yang belum berdosa saja. Kucing Pitua hanya bisa dijumpai di sekitar kawasan kuburan.

Masyarakat setempat lebih memilih memelihara kucing betina dengan harapan agar dikawini oleh kucing Pitua dan melahirkan kucing Busok. Bagi masyarakat yang sudah memiliki kucing Busok, mereka akan mengebirinya agar pejantan kucing Busok tidak hilang karena terpikat oleh kucing betina lain.

Masyarakat juga percaya bahwa dengan memelihara kucing Busok akan mendatangkan keberkahan dan nasib baik bagi kehidupannya. Namun, akan berbeda ceritanya jika ada masyarakat yang berani membawa kucing Busok keluar dari Madura. Mereka yang melakukan tindakan tersebut akan tertimpa kesialan atau nasib yang buruk.

Ciri-Ciri Kucing Busok

Selain keistimewaan Busok karena kepercayaan masyarakat di sana, kucing domestik Indonesia ini memiliki ciri khas fisik yang berbeda dengan kucing lain, loh. Mari kita amati Gus Ciprut. Ia memiliki warna abu-abu kebiruan polos. Postur tubuhnya mirip dengan leopard atau kucing hutan. Telinganya panjang dan runcing. Sorot matanya tajam. Tulang rahangnya berbentuk segitiga sama sisi. Ukuran tubuhnya lebih besar dari kucing kampung. Ia mempunyai ekor yang cenderung pendek.

Menurut santri yang mengenal Gus Ciprut, kucing ini tampak berwibawa dan bersahaja. Tidak lain karena tampilan fisik kucing Busok yang unik.

Bagi kalian yang kepo dengan keseharian Gus Ciprut, boleh banget follow instagramnya @raas_catto. Dan jangan lupa like, komen, dan share, ya, Sahabat. Dukung akunnya, agar kalangan Gus Ciprut alias kucing Busok ini semakin dikenal oleh masyarakat luas. Dengan harapan agar kucing Busok tetap terjaga kemurniannya.

Sahabat, itulah sedikit kisah tentang keluarga angkat ndalem yang mendadak menjadi Gus. Gimana, beda, kan karakteristik Gus Ciprut dengan kucing lokal yang sering kita jumpai? Barangkali di antara kalian ada yang punya kucing kalangan bangsawan juga. Siapa tau bisa dijodohkan dengan Gus Ciprut, eh hehe. Bagi ceritanya, yuk. Tulis di kolom komentar, ya!

Penulis : Uswatun Nazilah

Editor   : Indah Artanti M