Foto. Dokumen Gasek Multimedia
[Kajian Tematik Kitab Ta’lim al-Muta’allim dan Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim Bab 1]
Siapa yang tidak kenal dengan Syaikh az-Zarnuji dan KH Hasyim Asy’ari? Apalagi bagi santri, pasti sudah tidak asing lagi dengan dua tokoh tersebut. Keduanya adalah ulama yang telah mengarang sebuah kitab yang sebenarnya cukup tipis untuk dipelajari akan tetapi masyhur dikaji di kalangan pesantren.
Ta’lim al-Muta’allim dan Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim namanya. Kedua kitab ini memang memiliki kemiripan yakni pembahasannya tentang ilmu, tentang guru (‘Alim) dan muridnya (Muta’allim), dan hal-hal yang berkaitan dengan ketiganya. Dan di tulisan ini penulis ingin menyampaikan isi Bab pertama dari kedua kitab tersebut, yakni tentang keutamaan ilmu.
Di bab pertama kitab Ta’lim al-Muta’allim, Syaikh az-Zarnuji menjelaskan bahwa setiap orang Islam tidak diwajibkan menuntut segala macam ilmu, akan tetapi yang diwajibkan menurut beliau adalah menuntut ilmu haal, yakni ilmu yang terkait dengan kewajiban sebagai seorang Muslim yang meliputi ilmu akidah, ilmu akhlak, dan ilmu fiqih.
Selain itu Syaikh az-Zarnuji juga mengatakan bahwa wajib bagi orang Islam untuk menuntut ilmu terkait hal-hal yang menjadi tuntutan hidupnya (apalagi menyangkut tentang halal haram dalam tuntuan hidupnya itu), seperti mengetahui ilmu jual beli apabila dia adalah seorang pedagang, dll.
Dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim juga dijelaskan tentang keutamaan ilmu. Menurut Syaikh az-Zarnuji ilmu adalah sesuatu yang khusus dimiliki oleh manusia, sehingga dengan ilmu manusia tidak sama dengan binatang, bahkan dengan ilmu pula Allah SWT mengangkat derajat Nabi Adam AS diatas para malaikat sehingga malaikat diperintah untuk sujud kepada Nabi Adam AS.
Kemudian beliau mengutip sebuah syair dari Muhammad bin al-Hasan bin Abdullah tentang keutamaan menuntut ilmu, berikut ini kutipan syairnya:
تَعَلَّمْ فَإِنَّ العَلْمَ زَيْنٌ لِأَهْلِهِ × وَفَضْلٌ وَعُنْوَانٌ لِكُلِّ المَحَامِدِ
Belajarlah! Sesungguhnya ilmu itu menjadi perhiasan bagi pemiliknya, menjadi keutamaan, menjadi tanda bagi semua hal yang terpuji.
وَكُنْ مُسْتَفِيْدًا كُلَّ يَوْمٍ زِيَادَةً × مِنَ العِلْمِ وَسْبَحْ في بُحُرِ الفَوَائِدِ
Jadilah kamu orang yang mengambil faidahnya ilmu setiap hari, dan berenanglah di lautan faidah-faidahnya.
تَفَقَّهْ فَإِنَ الفِقْهَ أَفْضَلُ قَائِدٍ × اِلَى البِرِّ وَالتَّقْوَى وَأَعْدَلُ قَاصِدٍ
Pelajarilah ilmu fiqih! Karena ilmu fiqih adalah sebaik-baik penuntun menuju kebaikan dan ketakwaan dan paling lurusnya sesuatu yang lurus.
هُوَ العِلْمُ الهَادِى اِلى سُنَنِ الهُدَى × هُوَ الحِصْنُ يُنْجِى مِنْ جَمِيْعِ الشَّدَائِدِ
Ilmu fiqih adalah ilmu yang menunjukkan kepada jalan hidayah, ia laksana benteng yang menyelamatkan dari segala marabahaya.
فَإِنَّ فَقِيْهًا وَاحِدًا مُتَوَرِّعًا × أَشَدُّ عَلَى الشَيْطَانِ مِنْ أَلْفِ عَابِدٍ
Sesungguhnya satu orang ahli fiqih yang wara’ itu lebih berat bagi setan (untuk menggodanya) dibanding seribu ahli ibadah (yang bodoh).
Akan tetapi keutamaan ilmu lainnya tidak dijelaskan oleh Syaikh az-Zarnuji, karena menurut beliau telah banyak ayat Al-Qur’an dan Hadits yang telah menjelaskan tentang keutamaan ilmu, dan beliau tidak membahasnya supaya isi kitab Ta’lim al-Muta’allim tidak terlalu panjang.
Berbeda dengan Syaikh az-Zarnuji, KH Hasyim Asy’ari dalam menjelaskan tentang keutamaan ilmu menggunakan model berupa pemaparan dalil-dalil yang terperinci dengan penjelasan beliau secara singkat atas dalil-dalil tersebut.
Setidaknya terdapat 30 dalil yang berupa ayat Al-Qur’an dan riwayat hadits yang ditulis KH. Hasyim Asy’ari di dalam Bab pertama kitabnya tentang keutamaan ilmu, orang yang memiliki ilmu (‘alim), menuntut ilmu, dan mengajarkan ilmu.
Penulis akan menuliskan beberapa contoh dalil dalam pembahasan dalam Bab pertama kitab Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim.
- Keutamaan orang ‘alim
يَرفَعِ اللّٰهُ الَّذِينَ اٰمَنُوا مِنكُم وَالَّذِينَ اُوتُوا العِلمَ دَرَجٰتٍ وَاللّٰهُ بِمَا تَعمَلُونَ خَبِيرٌ
“…. niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-Mujadilah ayat 11)
فَضْلُ العَالِمِ عَلَى العَابِدِ كَفَضْلِيْ عَلَى أَدْنَاكُمْ
“Keutamaan orang yang berilmu terhadap ahli ibadah (yang tidak berilmu) seperti keutamaanku terhadap manusia yang paling rendah di antara kalian.” (HR. at-Tirmidzi, ad-Darimy, at-Thabarany, dan al-Muttaqi al-Hindy).
- Keutamaan menuntut ilmu
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَطْلُبُ فِيْهِ عِلْمًا سَلَكَ اللّهُ بِهِ طَرِيْقًا مِنْ طُرُقِ الجَنَّةِ
“Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan menjalankannya di salah satu jalan surga.” (HR. Abu Dawud, ad-Darimy, Ibn Hibban, al-Baihaqy, dan al-Muttaqi al-Hindy).
طَلَبُ العِلمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ وَطَالِبُ العِلْمِ يَسْتَغْفِرُ لَهُ كُلُّ شَيْءٍ حَتَّى الحَوْتُ فِيْ البَحْرِ
“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun wanita, dan penuntut ilmu akan dimintakan ampun oleh segala sesuatu, bahkan oleh ikan di dalam laut.” (HR. Ibn Majah, Ibn ‘Abd al-Barr, dan Abi Ya’la).
- Larangan menuntut ilmu dengan niat selain Allah SWT
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يَبْتَغِى بِهِ وَجْهُ اللّهِ لَا يَتَعَلَّمُ إِلَّا لِيُصِيْبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا، لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الجَنَّةِ
“Barangsiapa menuntut ilmu yang seharusnya bertujuan untuk mencari ridha Allah, akan tetapi dia menuntut ilmu dengan tujuan untuk meraih harta dunia, maka dia tidak akan mencium bau surga.” (HR. Abu Dawud, Ibn Majah, Imam Ahmad, Ibn Abi Syaibah, Ibn Hibban, al-Hakim, al-Baihaqy, dan al-Muttaqi al-Hindy).
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا لِغَيْرِ اللّهِ أَوْ أَرَادَ بِهِ غَيْرَ وَجْهِ اللّه تَعَالى فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
“Barangsiapa menuntut ilmu dengan tujuan selain Allah atau selan mencari ridha Allah SWT, maka hendaklah dia mengambil tempat duduknya di neraka.” (HR. at-Tirmidzi, an-Nasa’i, dan al-Muttaqi al-Hindy).
Masing-masing dari kedua kitab tersebut menjelaskan tentang keutamaan ilmu dengan modelnya yang berbeda. Akan tetapi sudah cukup jelas bagi kita akan betapa pentingnya sebuah ilmu itu. Islam adalah agama yang besar karena ilmu. Oleh karena itu mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW adalah Al-Qur’an, berbeda seperti mukjizat nabi-nabi yang lain. Karena Al-Qur’an adalah ilmu, dan ilmu itu berasal dari pemiliknya yang sejati, yaitu Allah SWT.
Pentashih : Ust. Hasan Al Banna
Editor : Cheppy Eka Juniar