Ponpesgasek.id—Drs. K.H. Moh. Murtadlo Amin, M.Ag., lahir pada Ahad Kliwon, 8 Mei 1966, di Desa Padengan Ploso Kecamatan Pucuk Kabupaten Lamongan. Pendidikan dasarnya dimulai di SDN Ngambeg, Kecamatan Pucuk, Kabupaten Lamongan dan MI Ma’arif Al-Hidayah, Padengan Ploso. Beliau memang bersekolah di dua tempat secara bersamaan, pagi hari di SDN dan sore hari di MI.
Sejak kecil beliau terkenal dengan kecerdasannya. Misal pada saat mengikuti ujian kelulusan SD, Kiai Murtadlo punya keinginan untuk mengikuti ujian kelulusan MI juga, yang sebenarnya masih akan dilakukan satu tahun berikutnya. Namun, dengan berbagai pertimbangan, pihak sekolah akhirnya mengizinkan untuk mengikuti ujian. Alhasil, di SDN beliau dinyatakan lulus dan di MI beliau mendapat predikat sebagai lulusan terbaik.
Jenjang pendidikan menengah pertama Kiai Murtadlo diselesaikan di MTs Ma’arif NU, Sukodadi Lamongan pada tahun 1982. Baru setelah itu beliau hijrah ke Malang untuk memulai pengembaraan ilmunya di Pondok Pesantren Miftahul Huda (PPMH) Gading, di bawah asuhan K.H. Abdurrachim Amrullah Yahya, K.H. Abdurrohman Yahya, K.H. Ahmad Arif Yahya, dan K.H. Baidlowi Muslich.
Mengaji dan Belajar Ilmu Umum Tetap Berprestasi
Di PPMH Gading, para santri diizinkan untuk mengikuti pendidikan formal di luar pesantren. Melihat peluang tersebut, beliau bersekolah di PGAN Jl. Bandung (Sekarang MAN 3 Malang). Sesuai tujuan utama beliau hijrah ke Malang yaitu untuk menimba ilmu agama, sepulang dari sekolah beliau menghabiskan waktunya dengan menggeluti ilmu agama di PPMH. Studi diniahnya yang dimulai dari bangku II Ula sampai tingkat akhir yaitu kelas III ‘Ulya (Mutakhorijin) dinilai berhasil, karena ‘langganan’ sebagai juara kelas.
Pertama kali beliau menginjakkan kaki di PPMH Gading, keadaan pondok belum seperti sekarang. Beliau masih mengalami masa dimana saat para santri mandi dan qodil hajat harus ke sungai. Dengan keadaan serba terbatas, tidak mengurangi ghirah (semangat) beliau untuk menuntut ilmu dan mengabdikan diri di PPMH Gading. Justru beliau sempat menuturkan bahwa dengan keadaan seperti itulah ada motivasi tersendiri yang muncul dan menjadi rahasia kesuksesan para santri zaman dahulu. Saat masih aktif sebagai santri PPMH, beliau juga ikut menjadi pengurus pondok pesantren. Di antaranya sebagai Forum Bahstul Masail dan Sekretaris PH (Pengurus Harian).
Santri Itu Sendiko Dawuh
Suatu hari beliau pernah diajak tinda’an (Bepergian, Red) oleh K.H. Baidlowi Muslich dan diutus menyetir motor. Pada saat itu Kiai Murtadlo belum lancar dalam mengendarai motor. Tetapi, karena yang meminta ialah kiai beliau, tanpa ragu Kiai Murtadlo melaksanakan tugas dengan membonceng K.H. Baidlowi Muslich. Alhasil, di tengah perjalanan Kiai Murtadlo hampir jatuh saat membonceng Kiai Baidlowi. Sekejap kemudian, Kiai Baidlowi yang ganti membonceng Kiai Murtadlo meneruskan perjalanan.
Kiai Murtadlo mengaku bahwa masa-masa menjadi santri di PPMH Gading merupakan masa yang sangat menyenangkan. Hal yang paling disukai apabila diutus ndere’aken (Menemani, Red) kiai beliau tinda’an. Sedangkan, hal yang paling tidak sukai apabila disuruh hafalan tetapi tidak bisa. Usai menyelesaikan sekolah di PGAN Jl. Bandung, beliau melanjutkan studi di Jurusan PMPKN, Fakultas IPS, IKIP Malang. Dalam perjalanannya menempuh pendidikan di PTN, beliau berhasil menorehkan tinta emas dengan menyabet predikat lulusan terbaik di jurusan itu dan mahasiswa teladan IKIP Malang.
Kiai yang pernah menjabat sebagai pengurus PMII Komisariat IKIP Malang maupun Pengurus Cabang ini juga aktif menjadi pengurus di berbagai organisasi kampus. Sampai akhirnya meneruskan Program Pasca Sarjana Studi Islam Syariah di UNISMA. Kiai Murtadlo mengaku bahwa bekal pengetahuan untuk memasuki S2 bukan didapatkan dari pendidikan formal, melainkan dari pondok pesantren.
Meskipun beliau mempunyai banyak prestasi dalam pendidikan formal, beliau tetap mengutamakan pendidikan di pondok pesantren. Hal tersebut dibuktikan dengan track record-nya yang dari kelas II Ula hingga kelas III ‘Ulya mantan ketua panitia Haflah Imtihan (H.I.) pada masa menjelang wisudanya ini selalu langganan menjadi juara kelas. Bagi beliau, pendidikan di pondok pesantren adalah prioritas utama. Sebagai seorang santri, sudah seharusnya berjuang sekuat tenaga demi mendapat ridlo dan mentaati segala perintah kiai, jangan sampai sedikitpun membuat sakit hati dan mengecewakan guru (Kiai). Kewajiban santri lainnya yaitu menghindari sikap takabur ketika bergaul dengan teman sesama santri, meskipun itu sulit. Pendidikan di pondok harus diprioritaskan daripada di bangku sekolah maupun kuliah, dan tradisi pondok harus diyakini dengan sepenuh hati.
Keahlian (Expertise) adalah Buah dari Proses
Berkaitan keahlian dan pengetahuan beliau tentang ilmu falak. Kiai Murtadlo menimba ilmu tersebut di PPMH Gading. Pertama kali belajar dasar-dasar ilmu falak, beliau merasa tidak tertarik. Akan tetapi, setelah diberi kesempatan ikut pelatihan atas perintah dari masyayikh, beliau baru merasa tertarik terhadap ilmu falak. Berkat keistikamahan dan keuletannya mempelajari ilmu falak, Kiai Murtadlo pernah cukup lama dipercaya menjadi anggota Badan Hisab dan Ru’yah (BHR) Kemenag Jawa Timur dan jajaran Ketua Lajnah Falaqiyah Jawa Timur. Selain aktif di BHR beliau juga aktif mengajar mata kuliah Ilmu Falak di Fakultas Syariah UIN Maliki Malang.
Khidmah Tak Mengenal Lelah
Beliau menikah dengan Umi Hidayatul Hikmah, yang berasal dari Gresik. Tahun pertamanya membina rumah tangga, beliau masih mengajar di PPMH Gading dan indekos di samping pondok karena sang istri masih harus menyelesaikan studi di salah satu perguruan tinggi. Baru pada tahun 1996—1997 beliau memutuskan untuk menempati tempat tinggal sendiri. Meskipun begitu, selama 3 tahun lebih beliau masih aktif di PPMH Gading. Setiap hari harus pulang pergi untuk mengajar dan membantu aktivitas kepengurusan di pondok. Selepas itu, beliau meneruskan khidmahnya dengan terus mengajar hingga akhir hayat.
Adapun kontribusi-kontribusi besarnya semasa hidup ialah menjadi pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad Gasek Malang bersama K.H. Marzuqi Mustamar, K.H. Ahmad Warsito, dan K.H. Abdul Aziz Husein. Beliau juga mewariskan Pondok Pesantren Putra SMA Sabilurrosyad, berjasa mengembangkan PKAY (Pondok Kemahasiswaan Ainul Yaqin) Unisma, dan meninggalkan ‘monumen’ Masjid Ainul Yaqin yang pada tanggal 27 Maret 2021, diresmikan oleh Ketua Umum PBNU, Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, M.A., dan Persiden Republik Indonesia, Ir. H. Joko Widodo.
Profil Singkat
Nama Lengkap : Moh. Murtadlo Amin.
Tempat, Tanggal Lahir : Lamongan, Ahad Kliwon, 8 Mei 1966.
Orang Tua : H. Moh. Ismail dan Hj. Zainab.
Alamat Orang Tua : Ds. Padengan Ploso, Kec. Pucuk, Kab. Lamongan.
Istri : Bu Nyai Hj. Hidayatul Hikmah.
Anak : Gus M. Kafaa Ainul Aziz, Ning Wardah Nailul Qudsiyah, Ning Qonita Finnur el-Qudsi.
Pendidikan Formal
- SDN Ngambeg dan MI Ma’arif Al-Hidayah Padengan Ploso (1973—1979);
- Ma’arif NU Sukodadi Lamongan (1979—1982);
- Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) Jl. Bandung Malang (1982—1985);
- S1 IKIP Malang Jurusan PMPKN Fakultas IPS (1985—1989);
- S2 Program Pasca Sarjana UNISMA Studi Islam Syariah.
Pendidikan Nonformal
- Pondok Pesantren Baitul Muslimin Padengan Ploso;
- Pondok Pesantren Miftahul Huda Gading (Masuk tahun 1982);
- Pendidikan Diniyah Pondok Pesantren Miftahul Huda Gading (II Ibtida’—III Tranawiyah) lulus pada tahun 1990;
- Dalam keterangan lain, beberapa kali beliau juga sempat mondok kilatan di berbagai pesantren, seperti Pondok Langitan, Widang, Tuban.
Prestasi
- Lulusan terbaik MI Ma’arif Al-Hidayah Padengan Ploso, Pucuk, Lamongan;
- Siswa berprestasi di Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) Jl. Bandung Malang;
- Lulusan terbaik S1 Jurusan PMPKN, Fakultas IPS, IKIP Malang dan mahasiswa teladan IKIP Malang;
- Juara 1 LKTI Tingkat Nasional pada Tahun 1994 (Tatkala sudah menikah dan menjadi dosen Unisma).
Sumber: Buku Ilmu Falak
Pewarta : Jamaludin
Editor : Ah. Khukmi Ilmana
Untuk pengiriman karya tulis maupun informasi lebih lanjut silakan hubungi admin
0851-83019262 (WA)