ponpesgasek.id – Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era society 5.0 memberikan kontribusi kemudahan dalam kehidupan manusia. Dampak positif dari perkembangan tersebut dapat menyebabkan peningkatan produktivitas manusia dalam berbagai bidang seperti ekonomi, pertanian, kesehatan, perikanan, pertambangan, serta pendidikan. Namun, pengaruh teknologi yang tidak dimanfaatkan secara bijak memberikan celah terjadinya dekandensi moral masyarakat (Listari, 2021). Dekandensi moral merupakan proses kemerosotan nilai-nilai moral dalam individu ataupun masyarakat yang ditandai dengan penurunan standar perilaku baik dan hilangnya nilai-nilai kejujuran, rasa hormat, dan tanggung jawab (Boleng dkk., 2025). Terjadinya dekandansi moral terutama pada remaja tidak dapat terlepaskan dari pengaruh teknologi informasi dan komunikasi yang tidak disertai dengan pedoman moral secara tepat.
Pedoman moral dapat ditemukan dalam nilai-nilai luhur agama yang memberikan kerangka etika dalam memanfaatkan teknologi secara bijak. Salah satunya yaitu agama islam berperan penting sebagai pedoman hidup seorang muslim yang menuntun kepada kebaikan melalui syariat ibadah (Rohmah & Hasanah, 2024). Namun, realitas menunjukkan bahwa masih banyak umat islam yang belum memahami tuntunan ibadah secara benar yang menyebabkan praktik ibadah yang kurang tepat. Disinilah peran santri sebagai agen moral masyarakat untuk membimbing praktik ibadah melalui pemahaman fikih ibadah secara tepat.
Ilmu fikih ibadah merupakan salah satu bagian dari ilmu fikih yang mencakup mengenai tata cara serta syariat dalam pelaksanaan ibadah baik ibadah sunnah maupun wajib. Oleh karena itu, fikih ibadah memiliki urgensi yang tinggi untuk dipelajari secara menyeluruh, detail, serta sempurna. Pemahaman ilmu fikih ibadah secara tepat menjadi hal yang penting, karena kekeliruan yang timbul karena kurangnya pemahaman materi maupun praktek pada ilmu fikih terutama pada fikih ibadah dapat mengakibatkan kurangnya integritas moral pada seorang muslim (Fatmawati dkk., 2023).
Peran santri dalam membimbing masyarakat untuk memperbaiki ibadah terutama solat dapat dilakukan dengan mengimplementasikan teknologi Artifical Intelligence (AI) dan kinect sensor sebagai alat dakwah digital yang memberikan pemahaman pada praktek secara langsung. Penggunaan alat media dakwah materi fikih ibadah yang terintegrasi software meliputi sistem Artifical Intelligence (AI) serta hardware yang menjadi sistem utama kinect sensor dengan bentuk XBOX 360 yang dilengkapi oleh RGB Camera, 3D Depth Sensors, Motorized Tilt, dan Multi Array Mic.
Gambar 1. Sensor Kinect
Media dakwah tersebut membutuhkan laptop/PC sebagai Software Requirement Analysis yang mendukung aplikasi media dakwah fikih ibadah. Hardware dan software yang digunakan sebagai media dakwah dapat disambungkan terlebih dahulu. Aplikasi sebagai software yang digunakan pada media pembelajaran menggunakan metode SDLC (System Development Life Cycle) yang memiliki ciri khas tidak bisa melanjutkan ke fase berikutnya apabila fase sebelumnya belum selesai, sehingga diharapkan benar benar memahami materi juga praktek dari fikih ibadah secara baik.
Penggunaan media dakwah dapat dilakukan dengan melakukan praktek ibadah secara langsung di depan kinect sensor yang telah disambungkan dengan PC/Laptop yang sebelumnya telah diinstal aplikasi pendukung. Sensor Kinect yang dilengkapi dengan RGB camera, depth sensor, IR camera, dan mikrofon akan memproses gerakan atau suara yang ditangkap kemudian diproses melalui perangkat keras. Sensor Kinect mampu mengenali bentuk tubuh, gerakan, wajah, serta suara melalui pemrosesan yang kompleks. Kombinasi dengan perangkat lunak pada laptop/PC berbentuk aplikasi dapat memproses citra dan pemodelan 3D sehingga diperoleh pengalaman virtual reality.
Gambar 2. Diagram Alir Penggunaan Media Pembelajaran AI
Mekanisme kerja dari media dakwah fikih ibadah berbasis AI dapat membantu untuk memahami gerakan ibadah secara baik dan benar. Sensor Kinect mampu mendeteksi apakah gerakan yang dilakukan sudah sesuai dengan syariat atau belum. Dengan menggunakan media dakwah tersebut masyarakat luas dapat belajar dan mengetahui gerakan ibadah secara benar juga mandiri. Apabila terdapat gerakan yang masih kurang sesuai maka aplikasi dalam laptop akan mendeteksi dan memberikan himbauan gerakan ibadah yang sesuai. Kombinasi fitur dari sensor Kinect yaitu fitur depth sensor dan fitur tracking dapat mendeteksi dan mengenali gerakan dari 20 sendi tubuh manusia. Masing-masing titik sendi mempunyai variabel koordinat x, y, dan z yang berasal dari posisi gambar yang diambil. Pengenalan sendi pada tubuh manusia dapat mengenali gerakan yang dilakukan secara lebih optimal sehingga meningkatkan deteksi gerakan salah pada praktek fikih ibadah.
Gambar 3. Skeleton Tubuh Manusia dan Implementasinya (Wahyuddin, 2015)
Penggunaan media dakwah fikih ibadah berbasis AI juga dapat membantu masyarakat luas untuk secara mandiri mempelajari cara pengucapan lafal niat maupun bacaan ibadah dengan benar. Media pembelajaran ini mampu mendeteksi lafadz bacaan ibadah yang salah karena terdapat mikrofon Array pada Kinect sensor yang apabila bacaan masih salah maka aplikasi yang telah disambungkan pada laptop/PC akan memberikan pemberitahuan dan tata cara pelafalan yang benar.
Penggunaan media dakwah fikih ibadah berbasis AI memberikan wajah baru sebagai media dakwah sehingga memberikan dampak positif dalam pemanfaatan teknologi digital secara tepat serta berlandaskan pedoman moral. Peningkatan pemahaman dalam materi serta praktek fikih ibadah memberikan dampak positif pada peningkatan kualitas ibadah di kehidupan sehari-hari yang secara tidak langsung dapat membentuk karakter mulia dalam diri serta penghayatan dimensi spiritual. Tentunya dukungan dari berbagai stakeholder seperti ulama, santri, masyarakat serta pemerintah terkait sangat dibutuhkan dalam pengembangan media dakwah fikih ibadah berbasis AI sehingga dapat terlaksana dengan baik dan tepat sasaran.
Dapat disimpulkan bahwa media dakwah fikih ibadah berbasis AI dan Kinect sensor memberikan dukungan dalam pengoptimalan pemahaman pada materi serta praktek fikih ibadah secara langsung sesuai dengan syariat. Dengan menggunakan media ini dapat membentuk generasi masyarakat yang bermoral dalam kehidupan sehari-hari. Pembentukan karakter religius dan mulia pada masyarakat akan lebih tertanam sehingga dapat menjadi bekal moral yang baik dan sesuai dengan perkembangan zaman pada era society 5.0.
Daftar Pustaka
Boleng, B., Nguru, M., Deo, M. S., Ga’a, M. Y. Y., & Dobhe, B. D. H. (2025). Membangun Generasi Hebat Melalui Pendidikan Karakter di SDI Otombamba. PEDAMAS (Pengabdian Kepada Masyarakat), 3(4), 1302–1309.
Fatmawati, K., Shaleh, K., & Suhendi, H. (2023). Peran Pengajian Asy-Syaamil dalam Peningkatan Pemahaman Fikih Ibadah pada Masyarakat Kampung Kihapit Barat Leuwigajah Cimahi. Bandung Conference Series: Islamic Broadcast Communication, 3(2), 107–114. https://doi.org/10.29313/bcsibc.v3i2.8396
Listari, L. (2021). Dekadensi Moral Remaja (Upaya Pembinaan Moral Oleh Keluarga Dan Sekolah). Jurnal Pendidikan Sosiologi dan Humaniora, 12(1), 7. https://doi.org/10.26418/j-psh.v12i1.46320
Rohmah, N., & Hasanah, F. N. (2024). Implementation of Spiritual Values through Mujahadah Nihadlul Mustaghfirin as an Effort to Prevent Moral Decadence of Santri Majelis Taklim Nurul Muhammad Kertoharjo Pekalongan City. Proceeding International Conference on Islam and Education (ICONIE), 25–37. https://proceeding.uingusdur.ac.id/index.php/iconie/article/view/1688
Wahyuddin, T. (2015). The Application Of Learning Media Semaphore Using Kinect.
Penulis: Nava Sayyidati Akmalia_Komplek D