(Dok: Ponpesgasek)
Ponpesgasek.id—Malam itu tepat setelah ngaji diniyah di luar pondok. Karena memang ustadz di pondok sudah sepuh.
Biasalah setelah ngaji ada yang mampir beli nasi, ada juga yang hanya sebatas ngopi.
Aku jarang ngopi, paling-paling karena nebeng teman jadi ikutan..wkwkw beli es teh, mocca atau cokelat anget.
Membuka notife pesan whatsaapp sedikit bungah (senang, red), bingung, adem panas campur aduk jadi satu.
Banyak respon setelah aku membuat status komitmen nikah yang dibuat oleh Narasi TV. Inti dari video itu lebih ke penguatan melangkah ke jenjang pernikahan tanpa menunggu sukses, mapan atau apalah. Menunggu mapan ya diusia 45-an tahun.
Itu versinya video loh ya.hehe
Chat masuk.
“Kalo menurut njenengan gimana mas?
“Wes wayae,” balasku.
“Enek pandangan ye..wkwkw,” imbuhku.
“Sak jujure wonten mas Tapi sakderenge kulo nyuwun pangapunten nggih, izin tangklet, tp niki sedikit sensitif ,”
“Monggo loosss,”
“Njenengan mpun gadah calon a mas? ,”
Mendengar pertanyaan semacam itu membuat hati kaget. Pasti.
Tak balas seasalku, seperti suasana gemuruh isi hati.
“Jujur semenjak bapak sedo, kulo kok Malih kepingin ndang nikah, balik ke Trenggalek, ngabdi orang tua, ngamalne ilmu, lan kerja seadanya paling mboten saget ‘cukup’ damel maem,” balasku.
“Dari situ, beberapa mulai pendekatan ke beberapa yang sekiranya mau diajak serius, tapi belum secara gamblang mengajak ‘nikah’,” chatku sambil adem panas.
“Misanan e kulo mas. Yogane bulek e kulo. Pondokan mas,” notife perempuan asli tetangga desa saya itu.
Kejadian tersebut tepat hari Rabu, 15 Desember 2021. Dari situ aku berfikir harus sat set wat wet ini, langsung ku putuskan untuk menanyakan nama lengkap, anak keberapa, dan weton.
Ia belum begitu tahu wetonnya, karena keponakannya tidak di rumah, masih mondok lagi dengan alasan untuk memperkuat hafalannya. Praktis hanya informasi itu, anak keberapa serta dua foto samar-samar untuk paling tidak aku tahu lah.
***
Bersamaan itu juga ada pandangan lain. Sebut saja 01. Belum tahu dianya yes or no. Sebab belum terang-terangan itikad baik ku sampaikan. Masih dalam pendekatan, ternyata sudah punya hubungan dengan orang lain tiga tahun.
Ia adalah LM gadis kelahiran 2000an. Tertarik dengannya ketika satu organisasi. Awalnya beberapa bulan yang lalu, ada event di desa. Memang bisa dikatakan aku hanya sebagai penyemangat untuk rekan-rekanita.heheheu. Tapi ya melu tandang.
Perasaan itu tiba-tiba bersemi. Maklumlah 6 tahun menjomblo. Melihat wanita bening dalam hati “Seandainya ia tak nafkahi”.
Acara terakhir di bulan Maulid Nabi yang bertepatan Hari Santri Nasional. Ketika berinteraksi, berbicara sedikit mengintruksi dan kolaborasi sih. Supaya gelaran acara bisa sukses.
Dia aku pasrahi bagian media sosial (medsos), sebab zaman sekarang gitu lho. Masak organisasi medsosnya gak jalan.
Tatapan matanya, teduh, kalem. Padahal kalau diatur sak karepe dewe, hehehe.
Wajarlah sikap berontak anak Millenial.
Satu yang aku salut. Dia tatak meski sendiri aku pasrahi tugas itu..wkwkwkw.
Kembali ke pembahasan jodoh. Dua sosok inilah yang membuat langkahku semakin mantab untuk melangkah ke jenjang serius. Mau tidak mau harus menentukan pilihan.
Mengingat diri ini masih jauh dari kata suci, masih terus berusaha menjadi orang baik. Perihal pilihan pendamping kehidupan ku sowankan dua nama itu tepat hari Kamis, 16 Desember 2021.
Setelah ngaji, piket di ndalem. Bergegas mandi. Tidak lupa mampir di kelas basecame dulur-dulur ‘BAIDURI’ sebutan angkatan kelas III Ulya 1443H.
Mengais-ngais kertas kosong, ku goreskan tinta untuk menulis nama lengkap, tanggal lahir, weton, hingga anak ke berapa. Aku mulai nomor 1. pandanganku yang satu desa dan nomor 2. dari tawaran adik kelas yang juga tetangga desa.
#Part1
Pewarta : Madchan Jazuli (Santri PP. Miftahul Huda Malang)
Untuk pengiriman karya tulis maupun informasi lebih lanjut silakan hubungi admin
0851-83019262 (WA)