Website Resmi Ponpes Sabilurrosyad Gasek Malang

Khidmah Konten dari Pesantren

Man Shobaro Dzhofiro

“Barang siapa yang bersabar, maka dia akan beruntung”

Ponpesgasek.id — Sabar, satu kata luas makna. Sabar, yang apabila didengar, terasa menentramkan. Sabar itu indah, tetapi… terkadang, sabar itu tidak mudah, dan berat. Kita harus belajar menahan diri, menahan agar tidak marah, menahan agar terus berhusnudzon kepada Allah, ditengah hal-hal tidak mengenakkan yang harus kita terima dan jalani. Menahan diri untuk tetap bertahan, ditengah situasi membingungkan, bahkan melelahkan. 

Sabar bukan berarti kita hanya berdiam diri menunggu, berpangku tangan, menunggu bahagia dan keberuntungan datang. Diperlukan sabar yang aktif, sabar dengan melakukan segala upaya terbaik yang bisa kita lakukan. Di iringi dengan munajat doa, senantiasa berusaha mendekatkan diri kepada Allah, menjaga hubungan baik dengan sesama manusia, dan senantiasa berusaha untuk berbuat kebaikan. 

Mari senantiasa berusaha mendidik diri untuk bersabar. Dengan kesabaran yang aktif, dengan menerima ketetapan Allah, yang mungkin awalnya dirasa kurang pas, dan kita dipaksa atau harus terpaksa menerima itu. Walau mungkin, awalnya pasti berat, perlu penyesuaian… tetapi, kita harus yakin, bahwa… yang Allah beri, sudah pasti yang terbaik. Walau mungkin kita merasa… “Ini seharusnya bukan tempat kita”, atau dengan kesombongan, kita merasa “Dengan usaha kita, kita berhak mendapatkan yang lebih baik dari ini”. Tetapi, yang belum kita pahami, terkadang Allah ingin kita belajar, mencari dan menemukan hikmah dibalik ini. Tentu Allah yang lebih faham mengenai diri kita ini, tidak mungkin salah menempatkan.

Mungkin, menurut pandangan sebagian orang, ini dirasa ‘kecil’ untuk kita. Tapi, apalah arti pandangan manusia, bila justru yang lebih kita butuhkan adalah senantiasa dipandang, dan diperhatikan oleh Allah. Boleh saja, manusia memandang ‘kecil’, tapi kalau ternyata, dengan ‘kecil’ yang kita terima, justru kita mendapatkan pelajaran yang besar di dalamnya bagaimana? 

Lalu, kita juga pasti lumrah mendengar ungkapan “Kesabaran itu ada batasnya”. Apakah kemudian, kalau sabar itu sudah mencapai puncaknya, lalu kita berhak berbuat semena-mena? Setiap manusia pasti mempunyai kadar sabar yang berbeda-beda. Namun…, selama kita hidup, rasanya kita memang harus terus belajar, dari kesabaran yang satu, menuju kesabaran-kesabaran yang lainnya. Karena, selama manusia hidup, selama itu pula dia akan di uji. Dan dalam menghadapi ujian, rasanya senjata utama yang harus kita punya adalah senjata kesabaran. 

Karena rawan sekali, apabila ujian demi ujian datang, kemudian nauudzubillahnya, kita jadi menyalahkan Allah, menyalahkan takdir. Hingga melupakan banyak sekali nikmat yang selama ini sudah Allah beri. Dengan terus menerus belajar dan mendidik diri untuk senantiasa bersabar, diharapkan kedepannya, apabila ada ujian lagi, menemui rintangan lagi, kita sudah tidak kaget, dan menyalah-nyalahkan keadaan. Tetapi, dengan pertolongan Allah, yang akhirnya kita justru belajar dan memahami, bagaimana sabar yang baik, bagaimana sabar yang aktif, yang senantiasa diiringi usaha, juga roja’ (pengharapan) dan khouf (ketakutan), dan yang terakhir tawakkal (berserah diri kepada Allah).

Karena, sejatinya semua yang terjadi dikehidupan kita, Allah lah yang mengatur. Maka sudah pasti Allah lah yang akan memberikan yang terbaik dan mengatur dengan sebaik-baiknya untuk kita. Karena sesungguhnya “Allah senantiasa Bersama orang-orang yang sabar, dan Barang siapa yang bersabar, maka dia akan beruntung” Semoga keberuntungan dari Allah senantiasa membersamai kita. Aamiin.

Minggu, 27 Januari 2024 

Sore dengan rinai hujan yang damai di tanah Gasek.

Penulis. Dewi Mardiyah